Senin, 30 April 2012

Tanteku Binal

"Kriiinnggg..." bunyi telepon rumah yang sedikit mengganggu tidur siang ku, ternyata kakaku menelpon dan kemudian menyuruhku untuk menjemput tanteku di stasiun. Dengan sedikit menggerutu saya kemudian meluncur dengan motorku ke stasiun untuk menjemputnya. Setelah 15 menit menunggu ada suara memanggilku "hai nug.. sekarang tambah besar aja..."betapa kagetnya ternyata tanteku sekarang berbeda dengan yang dulu. Sekarang semakin kencang dan semakin menggairahkan. Dengan segera kualihkan konsentrasiku dari tubuhnya langsung menuju koper yang akan saya bawa.
Segera kuangkat dan langsung menuju ke parkiran.

Dalam perjalanan saya mencoba berkomunikasi untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung, " tante ada keperluan apa kok tumben maen ke rumah.."tanyaku,.
"ini nug tante mau ngurus perpanjangan paspor tante...sekarang kamu semakin macho daripada dulu ya nug, dulu kan kamu kurus kering" jawab tanteku., "ya iyalah tante, mosok ya kurus terus"jawabku... awal sebuah interaksi yang bagus menurutku..
Tanpa terasa sampailah kerumah. Kemudian saya menyiapkan kamar untuk tanteku biar istirahat setelah sekian lama dalam perjalanan. Kemudian kulanjutkan tidurku yang sempat tertunda.

Sore pun tiba, dan aku bersiap untuk mandi.. dari kejauhan kulihat tanteku memakai baju senamnya sehingga terlihatlah setiap lekukan tubuhnya,dan itu membuatku sedikit menelan ludah. "hmmm, body yang sangat indah" gumamku,.. setelah tersadar dari melihat pemandangan indah itu segeralah aku menuju ke kamar mandi untuk menyelesaikan mandiku. Setelah selesai terkejutlah aku melihat posisi tanteku yang tadi hanya berdiri sekarang mengambil sikap kangkang dalam senam sehingga sedikit memperlihatkan lipatan miss V nya.. Semakin berdegup kencang jantung ini, karena malu sendiri akhirnya saya berlari kecil menuju kamar saya. Semakin tidak beraturan isi otak ini, sehingga menimbulkan keinginan kuat untuk dapat melihat bentuk yang dibalik pakaian senamnya. Kemudian muncullah sebuah ide untuk mengintip tanteku sendiri pada waktu mandi. Semalaman memikirkan bagaiman caranya mengintip,dan akhirnya berhasil menemukan ide itu. Keesokan harinya terdengar suara orang mandi, segera berlari menuju tempat yang telah direncanakan, melewati kamar tanteku dan sempat berhenti sebentar karena melihat branya. Segera kupasang posisiku untuk mengintip dengan sedikit menarik lubang selang air. Dan ternyata sukses, buah dari semalam berfikir keras. Terlihat buah dadanya yang besar dan rambut yang ada di vaginanya. Semakin banyak ku menelan ludah pada saat tanteku pelan2 menyabuni payudaranya dengan lembut,kemudian turun menuju vaginanya.. Namun sayang itu hanya berlangsung sekitar 5 menit saja. Karena tanteku sudah menyelesaikan mandinya. Segera berlari kecil menuju kamaraku dan membayangkan apa yang baru saja aku liat dan tanpa menyadari kalau "adik kecilku" ini reflek bangun dengan sendirinya..

15 menitan berselang dengan lamunanku diatas kasur dengan posisi tengkurap, terasa ada sedikit yang mencolek kakiku. Spontan saya langsung kaget dan berdiri. Ternyata tanteku membangunkan aku, "ayo nug.. anter tante ke kantor imigrasi. Tapi kali ini pake mobil kakakmu ya.. ini kuncinya. Mobilnya tadi pagi diantar suaminya waktu km tidur".. "iya tante, sebentar mandi dulu.." jawabku.. "jangan lama2 ya nug, sama jangan maenan yang laen.. ntar kesiangan" jawab tanteku dengan sedikit tertawa..Alangkah kagetnya aku ternyata tanteku melihat kalau adik kecilku bangun dan mengacung keras. Segera tanteku keluar dan meninggalkan aroma wangi yang membuat birahi setiap pria pasti naik dengan rambut yang basah dan tanktop yang menempel di badannya.

Setelah 20 menitan berselang kamipun pergi menuju kantor imigrasi, dan sedikit ada kabar buruk kalau perpanjangan paspornya harus di kantor imigrasi yang ada di daerah tanteku. Dengan kecewa tanteku meninggalkan kantor imigrasi. Terdengar tanteku menelpon seseorang, kemudian bertanya kepadaku apa hari ini ada acara. Dengan tanggap kujawab tidak, padahal aku berencana menemani pacarku ke rumah tantenya hari itu juga. Tapi tak apalah buatku,paling doi juga pengertian. Setelah aku meyetujuinya kamipun berangkat menuju kota asal nya, 3 jam perjalanan yang melelahkan.

Setelah tiba di kantor imigrasi di daerah tanteku ternyata masih harus mengantri lama, dan kami harus menunggu. Dan inilah awal dari semuanya..
Terbesit di pikiranku untuk beralasan capek dan ingin menyewa sebuah hotel untuk istirahat sejenak. Kuutarakan maksudku dan yesssss.......... lancarrr..... kamipun mencari hotel untuk beristirahat. Setelah mendapatkan hotel yang cocok kamipun merebahkan diri di atas kasur. Memang strategiku untuk pesan hanya single bed karena itulah rencanaku. setelah sekian menit tanpa tersadar aku pun bener2 ketiduran, dan betapa kagetnya ternyata tanteku juga tertidur disebelahku. Dengan jelas kini kulihat betapa besar buah dada itu, semakin berdegup kencang saat tangannya tanpa sengaja berpindah tempat dileherku. Tercium aroma wangi ditangan karena handbody, semakin naiklah birahiku. Dengan sedikit nekat jemariku kugesek2kan di atas payudaranya, kemudian dengan sedikit tekanan kuraba2, Tanpa disadari tanteku merubah posisi sekarang wajahnya tepat didepan wajahku, aku sedikit takut karena takut kalau tanteku marah. Tapi ternyata malah diam saja,sekarang posisi tanganku tertindih oleh payudaranya. "Kenyal.." gumamku..dengan sedikit keberanian kuremas perlahan payudara tanteku yang sekarang menindih tanganku.. Beberapa menit berselang, terasa nafas tanteku mulai memburu.. semakin cepat kuremas. Dan tiba tiba tanteku berkata " pelan2 nug.. tante mau mens.. jadi agak sedikit sakit teteknya.." betapa kagetnya aku.. dan aku hanya mengangguk.. tanpa tahu siapa yang mulai kami pun mulai berciuman dengan nafsunya. " tante bajunya saya buka ya.." tanyaku.. "iya nug.. hari ini perlakukanlah tante semau kamu nug.. karena tante menginginkah ini sudah lama setelah bercerai dengan om kamu. Ayo sayang.. celana tante juga boleh kamu lepas" Tanpa pikir panjang segera kulepas semua pakaian yang ada. Kujilati payudara tanteku yang selama ini menjadi obsesiku sekarang menjadi nyata. "ayoo nug.. jilatin terus.. sedoott yang dalam.. ssshhhh... enak nug.. ssshhht " tanteku sudah mulai meracau. setelah agak lama bermain dengan payudara, jilatanku turun menuju vaginanya..semakin menderu nafas tanteku "sshhttt... enn..aakk banng..eett sayaang.. terusssss..." jilatanku semakin menjadi tatkala tanteku mulai menaikkan pinggulnya seirama dengan jilatanku. " Ayyooo nuugg.. massuukkk,..innnnn.. tannte udah basah.. sshhtt..."
segera kubuka celanaku dan sedikit menekan kumasukkan segera penisku ke vagina tanteku "ssshhhhh.. peelan pelaann say..." racau tanteku. kemudian kukocok pelan2 isi vagina nya dengan penisku. "ssshhtt.. poompa teruss..ayoo nug.." dengan liarnya tanteku memutar pinggulnya. Setelah beberapa menit diatas, tanteku mulai terlihat binalnya seperti yang aku tebak. Berganti posisi tanpa mengeluarkan penisku dari vaginanya.
Semakin menjadi erangannya, "sshh .. enak nug.. masih ..peret to nug.. ssshhhh" tanya tanteku. Tanpa aku jawab kulumat habis payudaranya yang ikut bergoyang karena goyang pinggulnya..

Kamipun berganti posisi lagi, kali ini kami berdiri dan berpindah dari kasur menuju toalet meja rias di hotel yang kami sewa. Segera kuhadapkan tanteku di depan kaca untuk melihat ekspresinya dengan penisku yang semakin keras menghujam vaginanya " gillaaa...nuggg.. kaamu ..sshh...pake obat ..ahhh.. kuuaattt.. yaa..aahhh.. hmm.. sshhh" setelah ngomong itu tanteku mengerang dengan mencengkram tanganku.. ""ahhh.. sshhhh... ayoo terruss pommpa ..hhssshsh..ohhhh.. taannttee.. udah ga kuuuat.. ayo oo,,sshhhtt.. tantee mau keluar.." kemudian keluarlah seperti air kencing dengan warna seperti susu kemudian bergetarlah kaki tanteku sehingga tidak kuat menopang tubuhnya. Namun masih tetap aku tahan untuk aku bisa orgasme juga. Tak memakan waktu lama aku pun menyusul tanteku., kulepas segera penis ku yang menancap divaginanya dan kusuruh tanteku jongkok. Tanteku tahu apa yang aku minta, segeralah dia mengulum penisku dan menyedotnya kuat2 sehingga aku semakin menggila dan keluarlah orgasme ku. Disedot habis dan ditelan semua spermaku di dalam mulutnya.

Kemudian kami pun kembali ke tempat tidur kami dengan berangkulan. " nug, tante sangat puas..semisal tante minta lagi boleh nda"tanya tanteku. "dengan senang hati tante.."jawabku.. Setelah kami istirahat agak lama kamipun mengulanginya lagi di kamar mandi. Kuremas payudaranya dari belakan dan kemudian menjilati vaginanya dengan posisi salah satu kaki tante ku di atas toilet. Kami semakin menggila, dan ternyata tanteku orgasme untuk kedua kalinya dengan mengeluarkan banyak cairan dalam vaginanya.
Kamipun segera bersih2 dan menuju kantor imigrasi tadi. Kami berencana menginap semalam di kota tanteku itu, dan kami memainkan permainan itu semalam dengan penuh gairah

Dan besoknya kamipun mengulangi lagi dirumah sebelum aku antar dia ke bandara.

Waitress Bule


Aku mau bagi-bagi pengalamanku kepada pembaca yang oke ini. Ini merupakan pengalaman sekali seumur hidupku. Sekarang aku sekolah di Australia. Di sini banyak sekali disco party yang diadakan juga oleh anak-anak Indonesia. Nah kebetulan last weekend kemarin ada party di satu pub di Downtown. Aku pergi ke sana bersama teman-temanku. Pembaca semua kan tahu kalau kebiasaan di party tambah malam tambah ramai.

Party ini baru dimulai jam 10 malam, tapi aku pergi sekitar jam 11. Ternyata yang datang sudah lumayan banyak. Kira-kira jam 12 malam, sudah banyak sekali orang yang disco, minum-minum, merokok di smoking area. Sekarang baru dikeluarkan peraturan bahwa setiap bar atau pub di Perth tidak boleh merokok di dalam, jadi di party ini disediakan tempat merokok. Pokoknya suasananya enak sekali deh. Terus aku minum-minum bersama temanku di dekat barnya. Bar ini dekat sekali dengan tempat disco-nya, jadi sambil minum-minum dan ngobrol kita bisa mengecengin orang yang sedang disco. Temanku mengajakku minum, kuladeni tapi dia menyuruhku yang memesan minumannya. Kebetulan ada waitress yang lewat, kupanggil lalu kupesan minuman beer. Waitress-nya orang Amerika. Wajahnya oke, terus body oke, buah dadanya kira-kira 36B, pokoknya oke. Temanku terus mengajakku taruhan $500 kalau aku bisa bersenggama dengan waitress itu. Aku sanggupi taruhannya.
Waktu waitress-nya datang membawa minuman, kuberi tipnya agak besar (di sini kalau pesan apa-apa mesti bayar tip). “Oh, thank you. My name is Stephanie. Do you need anything else? Call me if you want to order again.” Waitress-nya terlihat senang sekali. Kubilang bahwa aku nanti pesan lagi ke dia. Terus dia pergi lagi meladeni orang lain yang mau pesan minum.

Sesudah beer-nya habis, kupanggil lagi si waitress itu, pesan minuman lagi. Waktu datang, kubayar sambil aku menggodanya. Ternyata dia suka. Habis menggoda sambil ngobrol sebentar, kutanya jam berapa dia selesai kerja. Aku bilang aku mau mengajaknya jalan-jalan. Dia bilang beres jam 2 pagi. Aku bilang nanti kutunggu di tempat yang kutunjuk. Dia bilang oke. Beres langkah pertamaku.
Akhirnya kini sudah jam 2 pagi. Teman-temanku sudah tidak sabar mendengar kabar baiknya, tapi mereka pergi lagi ke tempat lain. Terus aku langsung ketemu waitress itu yang sudah siap pergi, tidak lagi memakai pakaian kerja. Lagian party kan agak gelap jadi tidak begitu jelas melihatnya. Waktu aku ketemu dia, wow man, bodinya dan buah dadanya membuatku terangsang. Terus kubawa saja dia ke restoran Thailand (restorannya buka sampai pagi), ngobrol-ngobrol tentangnya sambil minum. Ternyata ngobrol dengannya enak sekali sepertinya aku sudah mengenalnya sejak dulu. Akhirnya omongannya merembet ke arah gituan. Aku sudah bernafsu sekali.

Pelan-pelan kudekati dia terus kucium pipi, ke leher sampai akhirnya ke bibirnya. Kebetulan kita duduknya agak mojok jadi tidak begitu kelihatan orang lain, sudah begitu aku sempat melihat jam menunjukkan jam 4 pagi, jadi sudah sepi sekali. Ternyata aku menerima responnya. Kutanyakan kepadanya apakah mau gituan denganku. Tahu-tahunya dia mau. Akhirnya kita setuju mau ke tempatku soalnya tidak begitu jauh. Langsung saja kami pergi ke tempatku.

Di mobil, tanganku sudah mulai gatal. Satu tangan pegang setir, satu lagi berkelana. Pelan-pelan tanganku menyelusup ke paha terus ke daerah selangkangannya. Kebetulan dia memakai rok, jadi tanganku tidak ada kesulitan masuk ke sela-sela pahanya. Dia menikmati benar elusanku. “Mmmh… mmh… ooohh… ohhh…” Setelah kira-kira 10 menit aku merasa CD-nya mulai agak basah, aku berhenti mengelus-elus lagi soalnya sudah sampai. Setelah sampai di apartemenku, kugendong dia sambil ciuman. Lidahku pun beraksi. Dia agresif sekali. Kedua tangannya memeluk leherku, terus kakinya ke pinggangku. Sampai di kamarku, kita masih ciuman. Tanganku mulai meraba buah dadanya yang aduhai besarnya.

Baru kali ini aku merasakan buah dada orang bule, mimpi apa aku semalam. Kuremas-remas buah dadanya, dia semakin nafsu saja. Aku sudah tidak tahan ingin bersetubuh dengannya, kubuka baju serta roknya. Dia juga membuka baju dan celanaku. Sekarang dia tinggal memakai BH dan CD hitam, sedangkan aku tinggal memakai CD, aku melihatnya jadi tambah nafsu. Sepertinya warna hitam itu simbol warna seks. Kupeluk dia dari belakang sambil mengelus-elus buah dadanya sambil mencium lehernya.

Terus kubuka BH-nya. Ini moment yang menggairahkan. Kuelus-elus buah dadanya yang mulus itu. Dia juga kelihatannya terangsang sekali. Kubuka CD-nya pelan-pelan terus giliran dia membuka CD-ku. Kemaluanku sudah tegang sekali. Dia melihat kemaluanku lalu mengelus-elus batang kemaluanku. “Oh… oh… mmhhh…” tidak berapa lama otomatis dia menghisap batang kemaluanku “Oh… yes… oh…” Mainan lidah dan mulutnya yang sudah prof itu membuat kemaluanku tegang sempurna. Sudah 10 menit kira-kira dia menghisap batang kemaluanku. Aku sudah hampir keluar tapi kutahan dan kusuruh dia berhenti. Terus kurebahkan dia di ranjang. Kubuka pahanya lebar-lebar, kelihatan bulu kemaluannya rapi berwarna coklat dan liang kemaluannya yang merah merekah.

Kujilati buah dada dan puting susunya. Dia meringis kenikmatan. Kira-kira kujilati sekitar 5 menit buah dadanya secara bergiliran kanan dan kiri. Terus kujilati dan kumainkan klitorisnya, tanganku yang satu mengelus-elus pahanya, satu lagi mengelus-elus buah dadanya. Dia menikmati nikmatnya jilatanku, “Mmmhhh… ooh… yes… baby… uuhh… faster… uhhh…” Setelah hampir 10 menit dia mulai orgasme. Dia sudah seperti kemasukan setan, kupercepat gerakan lidahku. Akhirnya dari liang kemaluannya mengeluarkan banyak cairan. Kujilati cairannya sampai bersih meski agak bau dan asam. Tapi aku suka. Aku memulai aksiku tapi sebelumnya aku memakai kondom dulu takut resiko penyakit. Kuarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya yang sudah terangsang sekali, terus kumasukkan pelan-pelan, “Bless…” masuklah batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, “Oh… mmhh…” aku tidak ada masalah memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, soalnya dia sudah tidak perawan lagi dan kemaluannya sudah agak basah. Pelan-pelan kugenjot dia sambil berciuman.
Beberapa saat kemudian, tempo permainanku kupercepat. Dia meringis kenikmatan, kupercepat lagi, dia semakin agresif. Kira-kira 15 menit permainan kami berlangsung, dia mengeluarkan cairan lagi. Aku bisa merasakan karena gerakanku makin licin.

Setelah mengambil nafas sebentar, aku bilang mau ganti posisi doggy style. Terus dia menungging di dekat pinggir ranjang. Kuelus-elus pantatnya yang montok, kemudian kuarahkan kemaluanku dan memasukkan pelan-pelan. Tanganku mengelus-elus buah dadanya, “Ohh… uuuh… uhh…” dia kenikmatan. Terus kugenjot lagi semakin cepat, dia mulai klimaks sekarang, “Ohh… ahhh… aaahh… mmmhhh…” dia mau keluar, tapi aku masih bisa menahan punyaku. Akhirnya liang kemaluannya berlepotan cairan kewanitaannya. Kucabut kemaluanku sambil membalikkan badannya dan menyuruhnya rebahan di tepi ranjang. Kujilati bibir kemaluannya sampai bersih lalu kusuruh dia main di atas. Aku rebahan, lalu dia dengan posisi jongkok di atas badanku mencoba memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. “Bless…” dia menggoyangkan pinggulnya dan pantatnya. Dia percepat goyangannya “Aahh… aahhh… ahh…” aku bilang bahwa aku sudah mau keluar. Dia menggenjot sebentar kemudian berdiri melepaskan kondomku, terus dia mengisap batang kemaluanku dengan ganas. “Oh.. nikmat sekali…” akhirnya spermaku muncrat di dalam mulutnya, enak sekali rasanya. Dia menjilati spermaku sampai bersih.
Sesudah permainan ini selesai, kita tidur dalam keadaan bugil. Kita baru bangun jam 3 sore, lalu kuantarkan dia pulang. Sampai di rumahnya, aku sudah janjian mau ketemu lagi dan menanyakan nomor teleponnya. Akhirnya aku telepon temanku dan akhirnya dapat $500 dari temanku itu. Lumayan $500 buat menutupi bayar apartemenku dan dapat kenikmatan tiada tara lagi. Sering-sering taruhan seperti begini oke juga.

Bercinta Dengan Senior


Setelah setahun menjalani pendidikan, akhirnya tiba masa pengenalan dunia kapal, sekaligus membuat tugas akhir, semacam laporan setelah kegiatan permagangan, dan aku berlima memilih Tanjung Perak, sebagai tempat kuliah nyata. Kebetulan aku paling tua dari mereka, karena aku masuk ketika semester enam, sementara kebanyakan peserta didik lain jebolan SMU, sehingga aku yang ditunjuk jadi ketua.
Ternyata di tempat yang disediakan oleh yayasan adalah tempat yang jauh dari nyaman, yaah, maklumlah, kota pelabuhan. Kami harus satu kamar berlima, persisnya bangunan berlantai tiga berukuran 6×7 yang mempunyai empat kamar tidur dan dua kamar utama itulah yang menjadi tempat kuliah nyata kami. Aahh, tak apa-apa, toh rumah yang lain tidak lebih baik dari ini, pikirku.
Satu hari menjelang awal perkenalan, kami dikejutkan dengan kedatangan tujuh lelaki yang katanya lulusan lembaga di mana kami belajar. Merekalah yang sedikit banyak akan memberikan pengetahuan tentang dunia perkapalan untuk kami. Mereka khusus didatangkan dari kapal untuk membimbing kami. Setelah para senior memperkenalkan kami, mereka menempati tiga kamar lain. Entah mengapa, sejak awal aku sudah merasa tidak beres.
Benarlah dugaanku, senioritas telah menjadikan mereka sosok yang sangat menakutkan, di pertemuan berikutnya. Kesalahan kecil harus berujung dengan hukuman, yang terkadang kurasakan kelewatan. Tidak jarang pelecehan harus kami alami sebagai hukuman yang kami tidak tahu bentuk kesalahannya.
Aku tidak tahan dengan perlakuan mereka. Aku sadar, bahwa mereka tertekan, setelah selama lebih dari tiga bulan, baru merasakan daratan. Selama itu pula hanya berteman dengan laut, ikan, burung laut, tidak lebih. Tapi aku merasa tidak harus kepada kami perasaan tertekan itu dilampiaskan. Di minggu ketiga hari libur kami, akhirnya aku beranikan untuk protes, tanpa sepengetahuan teman-temanku. Tanggungjawab atas kepercayaan mereka yang telah menunjukku sebagai ketua, membangkitkan keberanianku. Tidak seperti hari libur sebelumnya, yang biasanya kami berlima menghabiskan malam di tepi laut, dan tidur di sembarang tempat, asalkan tidak di tempat kami karena muak dengan perlakuan senior kami yang memang jauh lebih tua, namun malam itu aku pamit pada mereka untuk menemui Pak Kasim, penjual nasi langganan kami untuk urusan penting.
Rasa tidak tahanku dengan perlakuan senior, telah membuat rasa takutku hilang. Aku bergegas pulang ke tempat kami. Aku yakin jam-jam begini, mereka biasanya sedang main kartu. Membuatku semakin yakin, bisa melunakkan hati mereka.
Hati-hati aku masuk, dan menuju kamar utama, namun begitu terkejutnya aku, karena kudengar dengusan dan suara-suara aneh. Aku terus melangkah, dan betapa terhenyaknya aku, ketika kudapati para seniorku tidak sedang main kartu, namun sedang bergumul dengan dua cewek yang entah dari mana. Mereka kaget, sama halnya aku yang baru pertama kali menemui perbuatan yang tak terbayangkan sedikitpun. Tujuh laki-laki dan dua perempuan yang semuanya telanjang bulat, sedang bergumul dirasuki setan.
“Biadab..”. Teriakanku seolah membuat mereka semakin kesetanan.
“Oo, sudah jagoan yaa?, salah satu dari mereka mendekatiku dan mencengkeramku.
“Teman-teman, ada jagoan baru nih, ayo kita uji”.
Setelah diberi aba-aba, serentak mereka mengerubungiku. Salah satu mulai membuka jaketku dengan paksa. Aku berontak, namun justru mereka semakin gemas. Tak urung kaosku pun harus lepas dari tubuhku. Menyusul celanaku harus lepas juga, dan akhirnya aku pun telanjang bulat sebagaimana mereka. Dengan ganas dipermainkannya penisku, aku berontak sekuatnya, aku tidak bisa teriak, karena mulutku dibekapnya. Yang kurasakan hanya rasa sakit di pangkal pahaku. Dan mereka terus merancapku. Rasa sakit mulai berubah rasa, ketika jilatan mendarat di sekujur tubuhku. Kenikmatan mulai menjalar, apalagi ketika dua perempuan itu juga ikut bereaksi. Lumatan dua bibir mereka di penisku yang sudah sangat tegang, memberiku pengalaman kenikmatan yang tiada tara. Aku justru mulai mengikuti permainan lidah mereka. Kulihat seniorku tertawa-tawa, bernada mencemooh.
Ketika memek mereka mulai disodorkan ke penisku, aku mengerang. Antara rasa bersalah dan nikmat telah mengajariku satu pengalaman mendebarkan. Aku justru beraksi memaju mundurkan pantatku. Akhirnya, kenikmatan itu berujung pada menyemburnya mani dari penisku. Aku mengerang, dan mulai melemas setelah itu.
Mereka tertawa demi melihat diriku yang di persimpangan segala rasa. Namun kejadian selanjutnya justru semakin membuatku tidak bisa berbuat banyak. Mereka menuntut lebih dari itu.
“Jangan bertingkah, dan ikuti mau kami, kalau kamu tidak ingin kejadian tadi tersebar ke kampusmu. Ke orang tuamu, dan habislah kau!”.
Aku berpikir keras, dan baru sadar bahwa hanya aku yang tidak memakai kondom. Akhirnya aku mengangguk pelan, namun seolah anggukanku membakar gairah mereka. Aku dibaringkan seperti dua perempuan itu. Aku kaget, mau diapakan, pikirku. Kekagetanku semakin bertambah, ketika dua senior mendekapku. Bergantian mereka melumat bibirku. Aku mencoba berontak, tapi entah mengapa aku terngiang dengan ancaman mereka.
“Tenang, sayang.. Setelah di laut kau akan terbiasa dengan ini”, bisikan itu seolah membiusku.
Sementara permainan lima senior yang lain pada perempuan itu sudah begitu membabi buta. Sedikit demi sedikit aku tersihir dengan aroma mesum itu. Aku mulai mengikuti permainan mereka. Antara jijik dan nikmat, aku balas lumatan dua bibir dari seniorku yang jauh dari seksi, bahkan terkadang kumis lebat mereka menusuk-nusuk hidungku. Mereka yang kesemuanya kekar, telah membelitku erat. Dua putingku habis dilumatnya. Kenikmatan luar biasa begitu mengalir dari ujung-ujung putingku di tengah lumatan lidah itu.
Ketika satu penis mulai disodorkan ke mulutku, aku terhenyak. Aku mencoba menepisnya. Namun ketidakberdayaanku membuatku menyerah. Dengan terpaksa kubuka mulutku. Dua tiga isapan telah membuatku tercekat. Rasa mual begitu menyerang. Aku tersedak dan muntah, tapi untungnya mereka sadar. Bahkan justru mereka yang kemudian menyerang penisku yang memang mulai bangkit setelah aku bebas dari mualku.
Di aksi berikutnya satu seniorku mulai membimbing penisku ke pantatnya. Dia menunging, dan memintaku untuk memasukkan penisku. Dibimbingnya penisku untuk menjalani pengalaman lain yang tak terbayangkan. Sedikit demi sedikit mulai kumasukkan penisku ke duburnya. Sempitnya lubang itu, telah memberiku sensasi lain, tidak sama ketika penisku kumasukkan ke vagina perempuan itu. Aku mulai menikmati sensasi itu, dan rasa itu bertambah, ketika seniorku yang lain, mulai mengelus pantatku. Jilatan lidahnya di pantatku sungguh menghadirkan satu buaian hebat. Terlebih setelah penisnya mulai beraksi di seputar pantatku. Antara sakit dan nikmat mengumpul di dua ujung kenikmatan bawahku. Penisku yang sedang membuai pantat seniorku, terpacu dengan sodokan mesra penis senior yang lain di duburku.
Dua kenikmatan ganda melambungkan aku. Aku serasa di awang-awang, dan sedang di surga. Sesekali kulirik arena pergumulan yang lain, dan betapa mani itu telah muncrat di sekujur tubuh perempuan itu, dan itu seolah memicu arena kami, sehingga pergumulan semakin memuncak. Sensasi di duburku, memicu penisku mengolah rasa yang sungguh nikmat. Maniku yang entah sudah di saluran apa, seolah membentuk sebuah gumpalan besar untuk sesegera mungkin muncrat sejauh-jauhnya.
Erangan mulai terlontar dari mulut seniorku. Maninya yang tak tahan untuk keluar, muncrat membasahai punggungku. Tak urung maniku pun sontak keluar. Sungguh sebuah kenikmatan yang tidak setiap orang bisa mendapatkannya.
Aku tertegun, setelah pergumulan berakhir. Segala rasa berkecamuk, manakala logikaku mulai muncul. Aku merasa telah terjebak namun sungguh aku menikmatinya. Mungkinkah ini akan menjadi biasa ketika aku harus berlama-lama di laut? Keraguanku mulai mengikis gambaran akan indahnya dunia kapal. Namun aku tetap bertekad untuk menyelesaikan semuanya. Entah aku nantinya harus terdampar di mana, yang jelas, aku telah menemukan warna lain dalam hidupku.
Sejak kejadian malam itu, seniorku mulai mengurangi sikap buruk mereka. Entah aku harus bangga atau menyesal atas semua, namun satu rasa yang sempat muncul, bahwa aku merasa benar-benar bisa menjawab tanggung jawab yang telah dibebankan oleh teman-temanku.
Melalui ini, kudambakan, semoga teman-temanku Andi, Jhoni, Raka, dan Didit menjadi pelaut handal dan jangan arogan dengan siapapun, dan untuk para seniorku yang telah memberiku satu warna, yang bahkan kelabu buatku, kuucap trima kasih. Sebetulnya kalian baik, hanya keadaanlah yang membentuk dan mengharuskan kalian begitu.
Maaf kalau kuputuskan untuk mencoba jalan lain, karena aku merasa itu bukan duniaku. Aku lebih memilih daratan, karena aku punya tanggung jawab moral yang harus aku tunaikan.

Pemuas Nafsu Tante-Tante Girang


Hari itu aku sedang sibuk menyelesaikan salah satu proyekku untuk sebuah perusahaan tekstil. Iseng-iseng untuk refreshing, aku buka e-mailku, dan membalas e-mail yang masuk. Ada beberapa e-mail ucapan terimakasih dari mereka yang telah sukses mengikuti langkahku menggeluti bisnis wiraswasta ini. Ada juga e-mail dari calon pelanggan meminta proposal. Juga ada beberapa e-mail joke dari teman-temanku.
Sedang asyik-asyiknya membaca dan membalas e-mail, tiba-tiba HPku berbunyi..
“Yang.., sedang apa nih? Aku kangen..” suara Monika pacarku terdengar di ujung sana.
“Hai Mon.., biasa sedang nyelesaiin kerjaan nih. Kamu masih kuliah ya?”
“Iya.. Lagi nunggu kelas berikutnya. Nanti malam jadi khan?”
“Pasti donk.. Aku juga kangen banget sama kamu..” jawabku mesra.
“Iya deh.. Udah dulu ya yang.. Dosennya udah datang.. Bye..”
Aku pun kemudian melanjutkan membalas e-mail. Setelah itu, kututup program e-mailku, dan akupun kembali mengerjakan proyekku. Lagi-lagi HP-ku berbunyi. Kulihat di layar, ternyata tante Sonya menelponku.
“Halo Wan.., apa kabar sayang?”
“Baik tante..”
“Kamu kok udah beberapa hari ini nggak main ke sini? Sedang sibuk ya?”
“Iya tante..”
“Sombong ya.. Mentang-mentang banyak proyek lupa sama tante..”
“Nggak tante.. Kan..”
Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, tante Sonya sudah memotong pembicaraanku..
“Wan.. Tante punya teman.. Dia katanya punya proyek buat kamu. Kamu hubungi dia hari ini ya..”
“Baik tante..”
Tante Sonyapun kemudian memberikan nama dan alamat serta nomor telepon temannya.
“Asal jangan lupa kamu harus ke sini besok. Tante sudah kengen..”
“OK tante.. Terimakasih ya. Besok pasti Wawan ke sana. Kangen juga sama tante yang seksi abis..” jawabku bercanda.
“Ih.. Kamu nakal ya.. Awas ya besok..” jawabnya sambil tertawa kecil.
Memang aku sudah ketagihan berhubungan seks dengan tante Sonya. Semenjak bertemu saat membeli mobilnya dulu, seringkali kami tetap bertemu dan saling memuaskan birahi masing-masing. Sebagai lelaki normal, siapa juga yang akan menolak diajak berselingkuh dengan tante secantik itu.
Sambil memegang secarik kertas berisi nama teman tante Sonya, akupun berpikir apakah aku masih punya waktu untuk menerima proyek baru lagi. Sebab setelah proyek untuk perusahaan tekstil ini masih ada dua proyek lagi yang harus aku selesaikan. Tetapi kupikir aku terima saja, nanti kalau tidak bisa mengerjakannya sendiri, aku bisa minta tolong temanku yang dulu mengenalkanku pada bisnis ini untuk membantu. Alternatif lain, aku bisa minta deadline yang agak panjang dari teman tante Sonya ini.
Singkat cerita, sore itu aku segera bergegas menuju alamat sebuah gallery di kawasan Kemang. Setelah mengutarakan maksud kedatanganku pada satpam yang membuka pintu, akupun memasukkan mobilku ke dalam pekarangan gallery yang luas itu.
“Sore.. Saya ingin bertemu dengan ibu Yulia..”
“Oh.. Ya silakan tunggu dulu ya Mas.. Namanya siapa darimana?” jawab resepsionis di gallery itu.
“Wawan.. Saya sudah punya janji kok”
Resepsionis itupun kemudian menelepon, dan setelah itu berujar..
“Mari Mas, saya antar ke dalam”
Kamipun menuju ruang kantor ibu Yulia sambil melewati ruang gallery. Gallery tersebut indah sekali dengan banyaknya lukisan yang bagus-bagus diterpa lampu sorot sehingga menambah keindahannya.
“Permisi Bu.. Ini Mas Wawan” kata si resepsionis setelah kami memasuki ruangan kantor ibu Yulia.
Kuperhatikan ternyata ibu Yulia ini masih muda, mungkin sekitar 30 tahunan. Wajahnya cantik dan berkulit putih mulus. Saat itu dia memakai gaun dengan tali tipis di pundaknya, serta syal yang melingkar indah di lehernya yang jenjang. Gaun itu tampak tak sanggup menahan payudaranya yang membusung padat. Ditambah dengan gaun mininya yang memperlihatkan kakinya yang mulus, menambah darah mudaku bergejolak melihatnya.
“Hai Wawan.. Saya Yulia”
Kurasakan tangannya yang lentik itu halus menjabat tanganku.
“Ayo silakan duduk..” katanya mempersilakanku duduk di sofa dalam ruangan kantornya.
Ibu Yuliapun kemudian duduk di seberangku. Kamipun berbincang basa-basi sebentar. Ternyata dia adalah teman fitness tante Sonya. Tante Sonya telah bercerita banyak tentangku termasuk bisnisku.
Kamipun kemudian berbincang lebih serius mengenai bisnisku. Untuk melihat penjelasanku yang menggunakan notebook, ibu Yuliapun pindah duduk di sebelahku. Tubuhnya menyebarkan wangi parfum yang lembut, menambah bergejolaknya nafsu kelelakianku. Sambil berbincang, sesekali kulihat belahan payudaranya yang putih mulus tersembul dari gaunnya. Ingin rasanya kuremas payudaranya yang menggemaskan itu, tetapi aku tentu harus bersikap professional.
Singkat kata, ibu Yulia tertarik dan menyetujui harga yang kuminta. Iapun memintaku untuk menyiapkan kontrak kerja untuk disetujui bersama.
“Tapi saya minta sedikit kelonggaran waktu ya Bu.. Soalnya saya masih ada beberapa proyek yang harus diselesaikan” kataku.
“Oh.. Begitu ya.. Berapa lama punya saya selesainya?”
“Kira-kira satu bulan ya Bu..”
“Ok deh.. Nggak apa..” katanya
“Oh ya kamu mau minum apa Wan?”
“Apa aja deh..”
Ibu Yulia pun kemudian menelepon pembantunya dan meminta dua orange juice.
“Kamu masih kuliah ya Wan”
“Masih Bu.. Tahap akhir”
“Oh.. Kamu jangan panggil saya Bu.. Saya masih muda lho.. Panggil saja tante”
“Oh iya tante”
Akupun terenyum dalam hati. Persis pengalamanku dengan tante Sonya dulu yang tidak mau dipanggil ibu. Pembantu tante Yulia kemudian masuk menyajikan minuman.
“Ayo diminum Wan” kata tante Yulia saat si pembantu beranjak pergi.
Tante Yulia lalu bangkit mengikuti pembantunya kemudian menutup pintu ruang kantor dan menguncinya. Kembali tante Yulia duduk di sebelahku sambil meminum orange juicenya. Pahanya yang putih mulus tampak begitu menggoda saat dia menumpangkan kakinya. Akupun tak tahan untuk tidak melihat pemandangan indah itu.
“Sedang lihat apa Wan?” katanya sambil tersenyum manis.
“Oh nggak kok tante..”
“Ayo kamu sedang mikir yang jorok ya..” katanya lagi menggoda.
“Nggak kok tante.. Cuma kagum aja.. Habis tante cantik banget..”
“Ih.. Kamu genit juga ya.. Pinter merayu” godanya lagi.
Tangannya kemudian meraih tanganku dan diletakkannya di atas pahanya.
“Kamu pengin ini kan?” sambil berkata begitu tante Yulia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku.
Tak kuat menahan nafsu yang sedari tadi telah bergolak, kubalas ciuman tante Yulia dengan penuh gairah. Sambil berciuman, kuremas dan kuusap pahanya yang mulus itu, sementara tanganku yang lain mengusap-usap rambutnya.
“Ehh..” erang tante Yulia ketika tanganku menyentuh celana dalamnya yang telah basah.
Erangannya makin menjadi-jadi ketika tanganku menyibakkan celana dalam itu dan menemukan klitorisnya. Kuusap-usap klitoris tante cantik ini, dan cairan vaginanya semakin mengucur deras.
“Ahh.. Enak Wan.. Memang betul kata Sonya kamu hebat.. Terus Wan” erangnya lebih lanjut.
Sementara tanganku masih mengusap-usap vaginanya, akupun menciumi pundak putih tante Yulia. Kemudian kuturunkan tali gaunnya sehingga payudaranya tampak meskipun masih terbungkus BH. Kuturunkan cup BH-nya dan payudaranya yang padat meloncat keluar seperti menantangku untuk menghisapnya. Langsung kuterkam payudara kenyal itu dan kuisap serta kujilati putingnya yang berwarna merah muda.
“Ahh.. Yess.. I like it.. Oh god..” erangan tante Yulia semakin menjadi memenuhi ruangan kantor itu.
Terus kujilati puting yang semakin mengeras itu, dan tanganku yang satu masih terus memberikan kenikmatan pada klitorisnya.
“Oh Wan.. Yes.. Terus wan.. Oh.. God” racau tante Yulia merasakan nikmat yang kuberikan.
Setelah itu aku menghentikan sejenak aktifitasku. Tampak wajah tante menampakkan kekecewaannya
“Wan.. Don’t stop please.. Ayo terusin wan..” pintanya
“Takut ketahuan tante.. Emang nggak ada siapa-siapa nih?” kataku sambil menciumi wajahnya yang cantik.
“Nggak ada.. Cuma pembantu sama satpam aja.. Mereka juga nggak akan tahu.”
“Suami tante?”
“Nggak ada.. Sedang ke luar negeri.. Ayo Wan.. Puasin tante ya sayang..” katanya sambil mendorong kepalaku ke arah payudaranya yang montok itu.
Kuisap dan kukulum puting payudara tante Yulia. Bergantian kuhisap sepasang payudaranya. Tante Yulia kembali mengerang dan badannyapun menggeliat menahan nikmat.
Setelah puas menikmati payudara montok tante Yulia, akupun mengangkat gaunnya sehingga tampak celana dalam mininya yang seksi berenda. Kulepas celana dalam itu, sehingga tampak vaginanya yang bersih tak berbulu sedikitpun. Langsung kujilati dan kuciumi vagina tante Yulia, sehingga tubuhnya agak melonjak dari sofa.
“Ahh.. Wan.. Yes.. Ohh..” erang tante Yulia. Sambil mengerang, tubuhnya tampak sedikit melengkung ke belakang menahan nikmat. Tangannya tampak meremas-remas payudaranya sendiri.
Kubuka lebih lebar paha tante Yulia, dan kujilati dan kadang kugigit perlahan klitorisnya. Sementara tanganku menggantikan tangannya untuk meremas-remas sepasang payudaranya yang kenyal itu. Ruangan semakin dipenuhi oleh erangan tante Yulia, dan juga bunyi sofa karena gerakan tubuhnya yang mengeliat-geliat nikmat.
Tiba-tiba HP tante Yulia berbunyi. Kamipun tak mempedulikannya dan aku terus memberikan kenikmatan oral pada tante yang cantik ini. Tetapi bunyi HP terus berbunyi..
“Shit.!!” maki tante Yulia.
“Sebentar ya Wan.”
Tante Yulia pun bangkit dari sofa dan berjalan ke meja kerjanya. Diraihnya HP dan dijawabnya dengan nada kesal.
“Ya.. Ada apa?”
“Aku baik-baik aja dear.., sedang sibuk untuk pameran minggu depan” jawabnya sambil kembali duduk di sofa.
“Kamu sendiri gimana di Kuala Lumpur?” sambil berkata begitu tangan tante Yulia meraih kepalaku yang masih berjongkok di depan sofa dan mendorong ke arah tubuhnya.
Akupun mengerti kemauannya. Kembali kusibakkan gaunnya dan mulutku kembali menciumi dan menghisapi bibir vaginanya. Kemudian kutelusuri vaginanya dengan lidahku, untuk kemudian kuhisap-hisap kembali klitorisnya.
“Iya dear.. Hmm.. Udah dulu ya.. Aku banyak kerjaan nih.. I love you..” sambil berbicara tangannya mengusap-usap rambutku.
Kulihat tante Yulia menggigit bibirnya sendiri menahan erangannya, agar suaminya di ujung telepon tidak curiga.
“Iya.. Nggak apa.. Aku bisa jaga diri kok.. Ok.. Bye dear..” setelah menutup HP-nya, erangan tante Yulia yang tadi terpaksa ditahannya langsung meledak.
“Oh.. God.. Terus Wan.. Yes..” Semakin cepat kujilati klitoris tante Yulia.
“Ahh.. Wan.. Kamu hebat.. Aku keluar Wan.. Ohh..my godd..”
Tubuh tante Yulia mengelinjang hebat dan cairan vaginanya semakin mengucur banyak. Terus kuhisap dan kuciumi vagina indah tante Yulia yang cantik ini, sampai tubuhnyapun lemas terhempas di atas sofa. Kuraih tisu di atas meja dan kubersihkan mulutku dari cairan nikmat tante Yulia. Kemudian kuhabiskan sisa orange juiceku, dan kuambil dan kuberikan orange juicenya.
“Minum dulu tante” kataku.
“Thank you Wan.., aduh belum pernah tante orgasme kayak tadi.. Kamu benar-benar laki-laki Wan..” Lalu diteguknya orange juicenya sampai habis.
“Sekarang giliran kamu ya..” katanya
Dimintanya aku berdiri di depannya. Tante Yulia yang masih duduk di sofa lalu membuka celana panjangku. Aku pun membuka kemejaku, dan tak lama akupun tinggal bercelana dalam di depannya.
“Kata Sonya punyamu besar ya Wan” katanya sambil tersenyum menggoda.
Tangannya kemudian menanggalkan celana dalamku, dan penisku yang memang lumayan besar itupun mencuat keluar dengan gagahnya sampai hampir mengenai wajahnya yang cantik.
“Oh.. God.., besar banget Wan.., I like it..” katanya sambil mengelus-elus kemaluanku dengan jemari tangannya yang lentik.
Sambil mengocok perlahan penisku, wajah tante Yulia mendekat dan tak lama lidahnya telah menjilati batang penisku.
“Ah.. Tante..” erangku ketika kepala penisku dijilatinya.
Sambil menjilati kepala penisku, tante Yulia meremas-remas buah zakarku sambil matanya menatapku nakal menggoda. Kemudian dibukanya mulut mungilnya dan dikulumnya penisku. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku ketika tante Yulia menggerakkan kepalanya maju mundur menghisapi penisku. Kuremas-remas kepalanya sambil merasakan kehangatan mulut tante muda yang cantik ini.
Tampak tante Yulia begitu menikmati penisku. Dihisap, dijilati dan diremasnya penisku dengan penuh gairah. Sesekali gumaman nikmat terdengar dari mulutnya saat dia mengulum penisku. Sedangkan erangankupun semakin keras terdengar memenuhi ruangan kantor gallery itu.
“Now.. Please fuck me Wan.. Aku pengin ngerasain barangmu yang gede itu.” katanya sambil bangkit berdiri.
Dia pun kemudian berbalik membelakangiku. Kuciumi lagi pundaknya dan kuremas payudaranya. Kemudian tante Yulia memposisikan dirinya sehingga dia menungging di atas sofa tamu. Kusibakkan gaunnya dan kuarahkan penisku ke liang vaginanya.
“Oh.. God..” erangnya ketika kepala penisku mulai masuk menyesaki liang vaginanya yang sempit. Kudorong tubuhku sehingga peniskupun masuk lebih dalam, dan mulai kupompa vagina tante muda ini.
“Ahh.. Yes.. Fuck me.. Fuck me.. Yes.. Yes..” erang tante Yulia setengah menjerit. Payudaranya tampak bergoyang-goyang menggemaskan karena gerakan tubuhnya. Jepitan vagina sempit tante Yulia terasa begitu nikmat di sepanjang penisku. Sambil memompa tubuhnya, sesekali kuremas payudaranya yang menggantung menggemaskan.
Setelah beberapa menit kami bersetubuh dengan doggy-style, akupun kemudian duduk di sofa. Tante Yulia segera menaiki tubuhku dan kami kembali bersetubuh dengan duduk saling berhadapan. Dengan posisi ini, aku leluasa untuk kembali menikmati payudaranya yang montok itu. Tante Yulia menaik-turunkan tubuhnya di pangkuanku, dan tanganku meremas-remas pantatnya yang bulat dan padat.
“Wan.. Wan.. Aku hampir keluar lagi wan.. Oh.. God..” erang tante cantik ini.
Aku lalu kembali menghisapi payudaranya sambil tanganku mendekap erat punggungnya. Sambil tanganku yang lain memegang erat pantatnya, aku lalu menggenjot cepat penisku dalam liang vaginanya.
“Ahh.. Ahh.. God.. God.. Ahh..” jerit tante Yulia mendapatkan orgasmenya yang kedua.
Butir keringat tampak mengalir membasahi wajahnya yang cantik dan sebagian menetes ke payudaranya yang indah. Akupun terus menggenjot tubuhnya dan tak lama akupun merasa akan segera menyemburkan spermaku dalam liang vaginanya.
“Hmmhh..” erangku tertahan saat orgasme, karena mulutku masih menghisapi payudara tante Yulia.
Banyak sekali spermaku yang menyembur ke dalam vagina tante Yulia. Mungkin karena aku begitu terangsang melihat wajahnya yang cantik serta bodynya yang seksi. Setelah itu akupun melepaskan dekapan eratku di tubuh tante cantik pemilik gallery ini. Tubuhnyapun rubuh lemas di samping tubuhku.
“Tante puas banget Wan.. Belum pernah dapat yang seperti tadi dari suami tante”
“Wawan juga puas banget tante. Tante cantik banget sih”
“Ih.. Kamu bisa aja” jawabnya sambil mencubit tanganku.
Kami pun beristirahat beberapa saat, sebelum aku pamit pulang karena ada janji dengan pacarku. Aku pun berjanji akan mengirim draft surat kontraknya lewat e-mail sesegera mungkin.
“Jangan lewat e-mail Wan.. Kamu bawa aja sendiri.. Mumpung suamiku belum pulang.. Aku tunggu ya.” katanya sambil tersenyum manis.

Terjebak Pelukan PSK


Kehidupan ekonomi yang mebuat aku diperbudak nafsu, sehingga diriku terjerumus dilingkungan yang nista tanpa menghiraukan kebatilan dalam hukum agama itu sendiri. Karena goadaan dan hasutan dari nafsu terus aku ikuti dalam perjalan yang penuh dengan dosa dan kenistaan, yang akhirnya kenyataan ini baru kusadari dengan bujukan dan rayuan seorang gadis yang penuh misteri dipelukan mimpiku.
Semulanya Cs kita sebut namanya, anak yang lugu dan sopan, rajin beribadah serta suka membantu teman-temannya yang kesulitan, walaupun sebatas solusi dan arahan yang sopan dalam penyampaian berwibawa. Teman-temannya sangat suka padanya karena suka bercanda, periang, suka senyum membuat kawan dan sahabatnya sangat rindu padanya. Tapi perubahan kerisis ekonomi yang membawa dia jadi sangat mudah emosi. Saat itu Cs masih duduk di bangku perguruan tinggi negeri salah satu di Medan, ianya masih semester dua cobaan yang pahit menimpahnya. Cs melanjutkan kuliah di Medan hanya berbekal dengan semangat juang dan dukungan kedua orangtuanya. Beliau kuliah hanya biaya sendiri, itupun tidak pernah jadi hambatan buatnya. Apa saja dia kerjakan di Medan, mulai dari penarik becak, jualan rokok, jualan monjan di salah satu perbelanjaan di Medan yang tidak asing lagi pada masyarakat luas, sering disebut sarang manusia buas (SAMBU).
Dianya tidak pernah ketinggalan dengan kawan-kawanya walaupun dibidang pendidikan. Orangnya ramah sopan dan bertanggungjawab, dengan tipenya mendukung dia diangkat kawan kelasnya untuk di jadikan Komisaris Mahasiswa (Kosma). Mulai dari semester tiga beliau menjabat Kosma sampai akhir dianya wisudah. Cs juga sangat sering bergabung dengan dunia aktifis pada tahun 1998 dalam hal menuntu agar pemerintahan Orde Baru dibubarkan, saat itupula Presiden RI di jabat Suharto yang menjadi bulan-bulanan aktifis mahasiswa untuk melengserkan pejabat teras nomor satu di RI. Saat itupula Cs mulai di kenal di kalangan mahasiswa yang agak arogan, tapi sopan dalam menyampaikan aspirasinya serta bertanggungjawab pada anggotanya bila ada kendala dan hambatan pihak keamanan. Saat itu juga Cs sangat benci yang namanya pihak keamanan kerena beliau di pukuli saat ia tak berdaya terkena gas airmata saat menyelamatkan wanita seorang pengunjukrasa sedanga di kejar-kejar pihak keamanan di Simpang Majestik. Dari pukulan pihak keamanan tersebut mengakibatkan Cs. demam selama seminggu.
Dianya sangat gigih, dan tidak ada rasa takut sedikitpun dengan isu adanya aktifis yang diculik, tetap ia menjalankan ektifitasnya jam 3 pagi mendayung becak mencari uang kuliah, bayar kos, bayar makan, serta beli buku. Saat yang tidak diinginkan ada telepon dari kampung halamannya “mengatakan orangtuanya sakit keras” . membuat Cs tidak bisa tidur semalaman langsung kemas barang-barang terus menjegat angkot Morina 81 tujuan Amplas. Tanpa pikir panjang beliau terus membayar tiket tujuan Tapanuli Selatan (Tapsel) dengan menaiki bus Barumun Setia. Sesampainya di kampong halaman Bapaknya sudah tidak kenal dengannya lagi, saat itulah ia pasra apapun yang terjadi karena kondisinya sangat mengerihkan, rumah sakit jaraknya puluhan kilo meter, melihat kondisi orangtua tidak sadar diri, hanya dukun kampung yang ada.
Dia peluk ibunya, adek-adeknya, Kakaknya dengan mengatakan sabar dan ihklaskan kepergian ayah kita penuh dengan genangan air mata. Padahal penulis sangat membutuhkan dukungan dari ayah tercintanya. Setiap Cs pulang kampung ayahnya di peluk dan saat ia mau pulang ke Medan tidak mau menerima duit dari ayahnya ” Cuma dia berpesan agar duit tersebut di berikan sama adek-adeknya untuk sekolah“. menurutnya dia bisa membiayai hidupnya sendiri tanpa ada mengharap agar dibantu oarangtuanya. Ayah dan ibunya menangis kalau dia pamit mau pulang ke Medan. Tapi yang paling tidak di lupakannya setiap ia melangkah dari pintu rumahnya selalu “mengingatkan kedua orangtuanya agar jangan lupa mendoakannya agar tercapai tujuannya.” Cs juga mengajar mengaji di Medan yang membantu biaya hidupnya.
Saat masuk semester tiga biaya hidupnya sudah mulai melonjak baik itu biaya rumah kos, biaya buku, tapi terus dianya bisa bertahan sampai semester lima. Masuk semester enam mulai ia menggantikan profesinya menjual sepatu, sandal keluar kota seperti Bandar Baru, tiga Binanga, Tebing tinggi yang hampir rata-rata langganannya wanita pekerja sex komersial yang menjajakan kemolekan tubuhnya untuk mencari uang kebutuhan sehari-harinya.
Perofesi yang di lakoninya sangat beruntung banyak, karena dia mengansurkan pada WTS tersebut. Setiap penagihan bulan muda Cs. mengantongi diuit minimal dari keuntungan Rp. 500.000,- pada tahun 2001 dilain keuntungan perharinya bisa dia kumpulkan uang Rp 800 ribu/bulan, dikeluarkan uang Kos, uang makan, beli buku, ongkos masih bisa menyimpan tabungan Rp.200 ribu/bulannya. Tapi keuntungan yang ia dapat selama ini mulai turun karena saingan mulai banyak dan bahkan langganannya juga sering mengulah alasannya tidak ada tamu. Selama 5 bulan ia berpropesi jualan sepatu, sandal di tempat PSK khususnya di Bandar Baru Cs punya mama angkat boru Nasution dan bapak angkat marga Sembiring. Setiap hari sabtu pulang kuliah di bukan berjualan tapi langsung ke Bandar Baru kerumah Mama angkatnya yang kebetulan anaknya laki-laki tidak ada makanya mama angkatnya sangat suka padanya. Mama angkatnya juga menyewakan kamar dan (bungalawo) yang mempunyai anggota (wanita Tuna Susila) WTS 8 orang masih muda-mudah pada umumnya umur masing-masing 17-25 tahun asalnya dari pulau jawa yang di bawa salah satu kemplotan germo yang sering berhasil menjerat mangsanya.
Cs. sangat mudah menyesuaikan diri dibandar baru kerena, dianya sangat ramah, suka bercanda. Saat senggang WTS sering mengajaknya makan-makan di keliling Bandar Baru, soalnya PSK tersebut dilarang keluar dari lingkungan Bandar Baru. Para PSK juga sering curhat padanya, serta mengeluh dengan keadaannya. Saat Cs sering datang tiap hari Sabtu pulang hari Senin pagi jam 6 merasakan kebahagiaan tersendiri wanita PSK tersebut. Karena menurut mereka dengan kehadiran Cs membuat mama dan bapak tidak suka emosi dan marah-marah lagi.
Setiap Cs pulang ke Medan selalu di kasih duit oleh mama angkatnya Rp 50.000 dan WTS juga mengasihkan duit kumpul-kumpulan Rp.100 ribu jadi jumlahnya Rp. 150 ribu/minggu. Cs mulai mencari pekerjaan yang lain dengan menjual kaset CD ke tempat-tempat yang biasa dia jalani. Kaset CD lagu-lagu, kaset CD flim horror, dan semi serta CD porno. Usahanya juga menguras keuntungan yang banyak. Tapi profesinya itu tidak berjalan lama karena Cs di jebak kibus sendiri waktu membawa kaset CD Porno 1000 keping di tangkap di Jalan Pandan Sambu oleh salah satu oknum Polsek di Medan. Karena jaringan dan keramahan Cs juga beliau hanya dapat peringatan dari oknum Polsek sendiri, karena menimbang Cs masih Kuliah dan sangat dekat sekali sama oknum Polsek tersebut maka diberikan kebebasan untuk melanjutkan kulianya.
Dari pengalam yang di rasakan Cs sangat jarang di temui orang sepertinya. Cs terus berkunjung setiap hari Sabtu ke Bandar Baru yang akhirnya dia terjebak dengan cinta seorang WTS yang satu tempat tinggal dengannya dibandarbaru. Wanita yang berhasil menaklukkan cinta Cs. asal dari Jawa Barat yang sering di panggil Wiwik cirri-ciri orangnya masih mudah umur 17 tahun, putih cantik berparas mungil tinggi badan 160 Cm. saat itu mama angkatnya sangat marah padanya karena menjalin hubungan sepesial dengan pekerjanya. Tapi lama kelamahan mama angkatnya juga menyetujuinya. Tanpa terasa perjalanan hubungan sudah berjalan tiga bulan. Awalnya dikasih mama bepergian di keliling Bandarbaru itu sendiri, Cs pun setuju. Tapai lama-kelamaan Cs dengan Wi di bolehkan untuk belanja ke Medan salah satu pusat perbelanjaan (Medan Moll). Dengan kepercayaan itu wi sangat beruntung sekali bisa jalan-jalan dan keluar ke Medan. Akhirnya suatu saat malam Minggu wi tidak kerja untuk melayani tamu dianya permisi pada Mama untuk naik kepuncak Bandar baru bersama Cs. malam semakin larut hujan sangat deras menghalangi perjalanan untuk pulang. Ke bungalawo yang mereka tempati. Cs dengan lugunya gelisa takut mama angkatnya marah, untung bunganlawo tempat kawannya wiwi punya telepon, Cs meminjam telepon membilangkan sama mama angkatnya tidak bisa pulang karena hujan. Mamanya mengiakan tapi dengan syarat besok pagi jam 6 musti ada di rumah, Cs menyetujuinya. Wiwi langsung nanya “apa kata mama ?” boleh katanya Cs jawab. Cs langsung di peluk wiwi dengan penuh kemesrahan dan rasa senang serta terharu sambil meneteskan air mata yang membuat Cs merasa kasihan dan sanyang. Kawan Wi, Dewi meninggalkan kami berdua didalam kamar. Cs tidak pernah mendapat kasih sayang yang penuh perhatian seperti diberikan Wi padanya walaupun ianya sudah pernah menjalin cinta dengan wanita seseorang semasa di bangku SMA. Wiwi berterus terang sangat senang mendapatkan Cs sebagai kekasihnya baru pertamanya. Saat itu wiwi bercerita panjang leber sama Cs atas pengalamannya yang pahit hingga terjerumus seperti ini. Yang mana keperawanan wiwi di jual germo sebesar Rp.5 juta pada om-om yang notabenya pejabat salah satu intansi pemerintah di Jakarta. Wiwi tanpa bisa melawan hanya pasrah dirinya dijilati seperti anak kecil tanpa di halangi sehelai benangpun oleh om-om yang sebaya dengan orang tua wiwi. Malam itu juga keaslian wiwi kandas sudah direnggut lelaki jahannan yang tidak ada rasa kasihan. Dengan buasnya om tersebut menjilati seluruh tubuh wiwi seperti harimau yang kehausan mangsanya. Akhirnya lelaki hidung belang tadi terkulai lemas, wiwi menangis dengan merasakan sangat sakit sekali di selangkangannya untuk berdiri. Saat itu pula wiwi di bawah germo jahannam itu tanpa tahu tujuan menaiki pesawat yang baru di ketahui wiwi tujuan ke Medan. Sesampai di bandara Polonia Medan wi dengan germo tadi langsung di sambut lelaki separuh baya yang mengemudikan mobil kijang warnah hitam. Menuju salah satu hotel yang tidak saya ketahui apa namanya, yang jelas tempat tidurnya seperti hotel berbintang. Sayapun di suruh untuk mandi dan di gantikan pakaian seksi dan di suruh untuk menunggu sebentar. Wiwipun pasrah apa selanjutnya yang terjadi kelang beberapa menit pintu kamarnya terbuka, dilihatnya om-om yang bermata sipit sepertinya layak dipanggil kakek. Laki-laki jahannan menutup sambil mengunci pintu dengan senyum melihat tubuh wiwi yang hanya di balut rok diatas lutut, “sambil mengatakan kamu sudah saya bayar Rp.3 juta tadi sama tante yang rambut pirang” dengan berat dan rasanya mau bunuh diri saja wiwi menahankan pedihnya penderitaan tersebut. Tanpa panjang lebar tua bangka tadi membuka seluruh pakaiannya tanpa di balu sehelai benangpun. Wiwi sangat jijik dan melihat tubuhnya yang keriputan dengan napasnya sangat bau. Wiwi dipeluk dan dipaksa untuk membuka pakaiannya, berkelang 15 menit pakainya sudah lepas sepertinya lelaki tua itu sudah berpengalaman membuka pakaian mangsanya. Dengan rakus menikmati tubuh wiwi hanya 15 menit sudah mengerang dan terkulai lemas. Wiwi dikamar hotel tersebut selama satu minggu dan tidak ingat berapa orang yang sudah dilayaninya lelaki hidung belang yang pastinya bisa 8 orang satu hari satu malam, kadang lebih yang sempat membuat wiwi pingsan tanpa sadar diri. Akhirnya wiwi di bawah keluar menaiki mobil kijang yang menjempunya, keliling-kelinga sambil membeli pakaian 5 sitel di salah satu plaza, maka dan langsung pergi meninggalkan plaza tersebut. Wiwipun tidak tahu kemana ianya dibawah hari menjelang jam 20 wib baru sampai tujuan juga langsung dijemput ibu-ibu, yang tidak tahu dimana tempatnya. Tante-tante yang membawahnya berbisik-bisik dengan ibu yang menjemputnya itu dengan senyum dan tertawak diatas penderitaan Wiwi. Tante (germo) jahannam tadi langsung pamitan mau pulang sambil mengatakan “kau jangan main-main kalau tidak mau mati” ancaman itu membuat wiwi nyiut dan ketakutan. Yang paling jahannamnya duit penghasilan selama satu minggu penuh di Medan hanya di beli pakaian 5 sitel selebihnya habis dikuras manusia laknat (germo) tersebut.
Satu minggu di tempat yang dititipkannya baru wiwi tahu, karena di kasih tahu teman-temannya yang senasib dengannya. Dengan sangat sayang Cs mendengar cerita Wi sempat mengeluarkan airmata, karena mengingat penderitaan Wiwi yang saat itu sudah hancur masa depannya. Padahal ia di jebak germo tadi masih di bangku SMA kelas 3. saat itu dia wiwi menanyakan langsung sama Cs “apa betul abang sayang ama Wiwi sambil mengeluarkan air mata ?”. Cs. termenung sejenak untuk menjawab pertanyaan Wiwi. Wiwi langsung merasa terkucilkan di muka Cs, atas tingkah Cs yang tidak menjawab pertanyaannya. Wiwi langsung mengatakan “memang Wiwi tahu abang tidak mungkin sayang sama wiwi dengan kondisi wiwi seperti ini, saya sadar bang wiwi yang sangat sayang ama abang, karena wiwi butuh kasih sayang bang itu saja, sambil menangis.
Cs menarik napas dalam-dalam sambil menarik tangan wiwi dengan penuh kasih sayang, turus membersikan air mata wiwi dengan sapu tangan yang ada di kantongnya. Sambil dia cium kening wiwi. Saat Cs mencium kening, wiwi meneteskan air mata yang menandakan kasih sayang dan terharu atas belaian yang lebut, selamanya ini dinantikannya tidak kunjung di dapat. Jam sudah menunjukan pukul 4.30 pagi, ayam jantan mulai berkokok untuk mengingatkan para ummat Islam untuk mengerjakan kewajibannya. Kami berduapun terlelap tidur dengan kondisi berpelukan, terdengar ketukan pintu pada pukul 6 pagi. Cs teringat dengan janjinya sama mama angkatnya tadi malam, langsung di bangunkannya Wiwi untuk pulang ke bungalawo mama. Dengan berat untuk membukan mata karena kurang lebih satu jam kami tidur. Wiwi minta di peluk dan di cium dulu baru ia akan bangun. Cs mengokekan persyaratan Wiwi, langsung memeluk dan mencium kening dan bibirnya Wiwi. Wiwi memang manja sekali sambil minta Cs untuk mengangkatnya, tapi Cs sangat suka sekali dengan sifat Wiwi yang cuek dan manja.
Keduanya pamitan sama Dewi untuk pulang kerumah, Dewi mengiakan sambil mengatakan “hati-hati, kalian kurang tidur, awas motor saat menyeberangi jalan ya ? ” di jawab Wiwi “iya Kaka“, terimakasih tumpangannya Kaka ? di jawab Dewi iya ade. Kami berduapun langsung jalan menuju rumah mama dengan kondisi masih kepayang, karena kekurangan tidur tadi malam. Hubungan Cs dengan Wiwi terus berjalan dengan mulus sampai-sampai ada yang cemburu kawan Wiwi sendiri. Setiap aku ke Bandar baru tidurnya tetap satu kamar dengan Wiwi yang menjadikan Cs lupa atas larangan agama berhubungan intim seperti suami istri. Dari situ Cs ketagihan dan kebiasaan dengan perbuatan yang dilarang agama tersebut, bahkan Cs pernah juga melakukan hubungan badan dengan kawan-kawan wiwi sendiri atas ajakan kawannya. Tapi Cs tetap lebih sayang pada Wiwi. Sampai-sampai Cs mengajak Wiwi untuk melanjutkan hubungan ini sampai pelaminan. Dengan halus wiwi menjawab “bang sayang, aku sangat suka dan sayang ama abang, tapi hubungan ini tidak mungkin akan kita lanjutkan sampai kejenjang pernikahan sementara kerjaan aku seperti ini. Bagaimana nantinya bang ibu abang mengetahuinya ! Wiwi tidak mau abang dikucilkan orang” jawaban. Ini membuat hati Cs sangat sayang sama wiwi dan merasa berdosa sekali atas kejadian yang menimpahnya menghianati Wiwi dengan melakukan hubungan badan sama kawan Wiwi sendiri.
Suatu waktu yang tidak saya ingat persis kapan, mama memanggil kami berdua, sambil menanyakan pada kami “apakah kalian betul-betul pacaran atau hanya kamuflase saja untuk menutupi segala hal ? ” pertanyaan ini membuat Wiwi nangis dan memeluk mama sambil mengatakan “mama aku baru kali ini diberikan kasih sayang dari seorang laki-laki yang kucintai”. Tanpa terasa mama meneteskan air mata. Sambil menanyakan pada Wiwi “apa kau mau pulang kekampungmu ?” jawab aja kamu tidak usah takut karena aku sudah menganggap kau sama dengan Cs, katanya. Dengan penuh terharu juga Wiwi menjawab, mama mengijinkan Wiwi pulang kampong ? kenapa tidak mengijinkan wiwi pulang ?, Wiwi pun tidak memperpanjangnya sambil berterimakasih sebanyak-banyaknya sama mama. Satu bulan menjelang bulan Suci Ramadhan Wiwi pulang kampung meninggalkan Medan dan Cs sendiri.
Sebelum pulang kampung wiwik mengajak Cs untuk menginap di Medan salah satu hotel selama satu minggu. Megingat pengahasilan dan tabungan Wiwi selama melacurkan badan kurang lebih Rp. 30 juta. Wiwi saat berpamitan dengan kawan-kawannya dan mama sangat penuh dengan air mata dan kasih sayang diantara sesama PSK. Saat ia diatas bus Sinabung bersama Cs menuju ke Medan seperti burung yang terbebas dari sangkarnya. Tanpa sadar Wiwi memeluk dan mencium Cs juga tanpa mengiraukan kalau dibus itu banyak penumpang.
Sesampainya di Medan ianya meminta kepada Cs untuk menginap bersamanya selama satu minggu. semulanya Cs menolak karena ia mau kuliah dan tidak mau menambah beban lagi bagidirinya. Persoalannya kepulangan Wiwi akan membuat Cs terasa sedih dan sayang tanpa tahu kemana harus mengadu. Hal ini membuat Wiwi menangis karena penolakan Cs “menurutnya Cs tidak sayang sama dia dan menyuruh Wiwi pulang langsung”. Akhirnya Cs mengabulkan permintaan wiwi untuk menginab di Medan selama satu Minggu. Cs menyetop langsung Taxi ke Sumatera Villa dengan memesan kamar nomor 105. di hotel tersebut kami menginap selama 3 hari selebihnya kami menginab di Hotel Garuda Plaza selama 3 hari, sabtu pagi kami sudah memesan tiket pesawat Wiwi tujuan Jakarta, berangkat pukul 9.30 Wib pagi hari Minggu.
Saat malam Minggu Wiwi meminta saya masuk kekamar mandi sambil memeluk aku. Seterusnya memukul-mukul dadaku dengan kondisi masih di balut celana dalam. Wiwi saat itu menangis dan menjerit sambil mengatakan “aku tidak mau pulang sendiri bang…! abang harus ikut sama wiwi…. Sambil menjerit dikamar mandi. Langsung dia bilang, kami masih keluarga yang lumayan di kampong itu bang. Soal duit yang ditas Wiwi bukan membuat aku bahagia bang…hanya akau tidak bisa membalas kebaikan abang sama wiwi. Makanya wiwi mau mengenalkan abang dengan orangtua wiwi.
Akhirnya Cs mempertimbangkan permintaan wiwi, tidak mungking saat ini aku kabulkan, karena itu membuat aku Cs. jadi tersangka nantinya terhadap hilangnya Wiwi.hal ini ianya takut terjebak di kota orang lain yang terlintas dalam benaknya. Cs menjawab apa kemauan wiwi. Selanjutnya dengan kondisi tenang seperti tidak ada beban, padahal dihatinya sangat sedih perpisahan yang akan terjadi besoknya. Sambil mengatakan “Wi kalau kita jodoh akan jumpa kembali nantinya sayang’ dengan kondisi menahan airmatanya, alamat abangkan ada ama Wiwi, nanti kalau rindu ama abang hubungi saja dan abangpun kalau rindu ama wiwi abang akan hubungi Wiwi, Oke sayang….? jangan menangis lagi ya ? terus mengajaknya keluar dari kamar mandi sambil mengambil handuk membalut tubuh yang mulai kedinginan selama 3 jam di dalam bak mandi.
Cs mulai lega sesudah mengganti pakainya dengan mengenakan celana pendek sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang di ikuti Wiwi untuk merebahkan tubuhnya juga pas di samping Cs. terus memeluk tubuh Cs dengan penuh rasa sayang dan takut pertemuan hanya yang terakhirkalinya. Wiwi tidak berpaling mukanya dari tatapannya yang sedu pada Cs penuh dengan rasa sedih, sayang. Sesekali Cs menciumnya untuk menghilangkan kegelisaan tersebut. Kemudian dengan akhir pertemuan itu berdua melakukan cubuan yang berlanjut hubungan badan dalam menghilangkan kesedihan dimata kekasihnya, sampai akhirnya mereka terkulai lemas dan tertidur. Bangun jam 7 pagi sambil Cs meminta syarapan pada Office Boy untuk diantar ke kamar mereka. Sementara Wiwi mandi yang juga saat itu pula Cs masuk kekamar mandi untuk mandi bersama. Saat berdua didalam kamar pelayan hotel mengetuk pintu kamar untuk mengantar sarapan.
Dengan tubuh masih di balut handuk Cs langsung membuka pintu tersebut. Menyuruh para pelayan kamar untuk meletakkan sarapannya di atas meja. Cs memanggil Wiwi cepatan dari kamar mandinya sayang, waktu sudah menunjukkan jam 8.50 wib. Ade berangkat jam 9.30 Wib sayang, nanti yayang terlambat. Wiwi langsung keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk sambil mengipas-ngipaskan rambutnya agar kering. Terusnya mereka menuju receftion untuk cekaut dari hotel menuju bandara Polonia Medan. Sesampainya disana hampir terlambat nama Wiwi di pangil-panggil para operator pesawat untuk menuju langsung ke pesawat. Perpisah ini membut Wiwi histreis menjerit sambil mengatakan “banga jangan lupa ama wiwi…!” wiwi akan menelepon abang bila wiwi sudah sampai ke Jakarta natinya. sambil memberikan ciuman terakhir di bibir Cs.
Jam 1 siang ada telepon dari wiwi untuk Cs. kata pemilik Kos, saat itu Cs dikamarnya termenung dengan kisah yang menjalin kasih sayang, mendengar ada nama wiwi langsung melompat dari tempat tidurnya menuju ruangan telepon ” hampir setengah jam wiwi menelepon dari Jakarta yang mengatakan ia sudah sampai ke Jakarta sekarang ia mau menuju kegambir untuk mencari bus kekampungnya, teleponpun dimatikan. Sesampai di kampung halaman Wiwik dengan merasa terharu Orangtuanya memeluk dan menyambut wiwi dengan sayang, akhirnya rumah mereka di kerumuni warga kampungnya. Jam 11 malam suara telepon berdering Cs langsung melompat dari tempat tidurnya mengangkat telepon tersebut. Apa yang di perkirakan Cs ternyata tidak meleset wiwi yang menelepon dari rumahnya.mengatakan Wiwi sudah sampai di rumah banga papa mau ngomong bang katanya, aku mulai gemetar mendengar Papanya wiwi ngomong “nak papa ucapin terimakasih banyak, kalau mau ke Jakarta dan kemarin telepon saja kemarin ya nak ? yang di jawab Cs “ia pa”. yang maungomongpun berganti-gantian seluruh keluarganya. Akhirnya Wiwi yang ngomong dengan kondisi menangis, sambil mengatakan papa akan mengadukan germo tersebut besok bang. Soalnya Wiwi masih ingat wajah dan kawan-kawannya bang. Wiwi berpesan agar Cs menjaga kesehatan dan menyelesaikan kuliahnya. Nanti kalau ada waktu, abang datang kekampung Wiwi ya bang ? soal ongkos abang wiwi yang menanggung. Selam satu bulan penuh hubungan melalui telepon terus. Tapi bulan keduanya hari yang tidak disangka Cs. pindah Kos setelah 5 hari pindah kos dompetnya hilang beserta catatan alamat dan No. telpon hilang semuanya bersama dompet tersebut. Pada hari ke 10 Wiwi rupanya nelepon ke tempat kos lama, yang menerima bukan pemilik kos tapi anak kos sendiri mengatakan Cs sudah pindah tanpa mengasitahu alamat Cs pindah. Dari situ awalnya putus hubungan langsung, yang membuat Cs kembali pada perilaku pasaran. Tapi Cs sangat bersyukur bahwa kuliahnya bisa terselesaikan dengan kegigihannya, walaupun dia mengalami suka duka yang pahit dan senang.
Atas kejadian itu pula membayangi dirinya untuk bisa berjumpa kembali, tapi apa hendak dikata kalau tuhan tidak merestui dan mengijinkan sangat tidak masuk akal lagi untuk ketemu. Cs pun mulai terjun dan bergabung dengan salah satu OKP (organisasi kepemudaan) yang juga sangat di segani dan di takuti diMedan karena kearoganannya serta uangnya yang banyak. Cs juga terjerumus dengan pergaulan bebas apalagi kondisi perekonomian sampai saat ini mencekik leher. Lapangan kerja sangat minim menjadikan para serjana banyak sekali pengangguran.
Toh suatu saat Cs membaca Koran terbitan Medan, melihat adanya rubrik jodoh menjadikan ianya ikut bergabung serta mencantumkan namanya. Suatu malam tidak tahu persis malam apa yang jelas pada bulan Juli 2005 ada seorang cewek yang meneleponnya mengatasnakan Dina Olivia masih mahasiwa di perguruan tinggi negeri di Medan, saat ini masih semester 7 yang mengingatkanku pada wiwi.
Yang menjadi penasaran buat ku ini orang sangat mistris bagiku, kerena sampai saat ini dianya tidak mau jupa dengan ku karena sebuah penghalang pacarnya yang sangat premitif yang mengekang kebebasan orang lain yang bukan istrinya ini jelas pemerkosa Hak Azasi Dina sendiri.
Padahal dari suaranyan, sifatnya yang suka bercanda sangat mirip sekali dengan Wiwi yang membimbing akau pada jalan yang di ridhoi tuhan yang maha esa. Ini saatnya aku dibikin berpikir tanpa batas hanya karena telepon seorang gadis yang tidak tahu persis rimbanya. Adakah tuhan akan mengabulkan permintaanku ini untuk bertemu dengan sidia. Aku (CS) ingin sekali berjumpa dengannya, tapi (Dina) selalu menolaknya, bahkan ia bilang untuk melupakannya tanpa sebab dan tujuan yang jelas. Ini membuatku jadi makin penasaran. Bila Koran ini ia baca mudah-mudahan akan terbuka pintu hatinya untuk berjumpa tanpa meminta hal-hal lainya.

haus sex


Belum lama ini aku kembali bertemu Nana (bukan nama sebenarnya). Ia kini sudah berkeluarga dan sejak menikah tinggal di Palembang. Untuk suatu urusan keluarga, ia bersama anaknya yang masih berusia 6 tahun pulang ke Yogya tanpa disertai suaminya. Nana masih seperti dulu, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah merekah, rambutnya yang lebat tumbuh terjaga selalu di atas bahu. Meski rambutnya agak kemerahan namun karena kulitnya yang putih bersih, selalu saja menarikdipandang, apalagi kalau berada dalam pelukan dan dielus-elus. Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogya. Selama kuliah, ia tinggal di rumah bude, kakak ibunya yang juga kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Nana.
Aku mengenalnya sejak kanak-kanak. Ia memang gadis yang lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama. Hubungan kami rukun dan saling mencintai. Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota. Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Nana) serta Nana dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami. Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami.
Hari-hari berikutnya, Nana masih sering datang menengok anak kami yang katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Nana. Kalau sedang rewel, menangis, meronta-ronta kalau digendong Nana menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Nana. Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Nana selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil. Lama-lama Nana sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Nana. Tampaknya Nana tulus dan ikhlas membantu kami. Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya. Nana mulai tidak banyak mampirke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Nana tiba-tiba muncul.
“Ada apa Na, malam-malam begini.”
“Mas Danu, tinggal sendiri di kantor?”
“Ya, Dari mana kamu?”
“Sengaja kemari.”
Nana mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Nana terlihat mengenakan rok dan T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.
“Ada apa, Nana?”
“Mas.. aku pengin seperti Mbak Tari.”
“Pengin? Pengin apanya?” Nana tidak menjawab tetapi malah melangkah kakinya yang putih mulus hingga berdiri persis di depanku. Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku.
“Nana, apa-apaan kamu ini..” Tanpa menungguku selesai bicara, Nana sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuat-kuat. Bibir yang selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benar-benar mendarat keras. Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuat-kuat. Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulan-bulan tidak berhubungan intim dengan isteriku. Nana merenggangkan pagutannya dan katanya, “Mas, aku selalu ketagihan Mas. Aku suka berhubungan dengan laki-laki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian. Tidak bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan laki-laki yang pas.”
Kuangkat tubuh Nana dan kududukkan di atas kertas yang masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan.
“Na.. Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tidak bercumbu dengan Tari.”
“Jadikan aku Mbak Tari, Mas. Ayo,” kata Nana sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku.
Ia memelukku kuat-kuat sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pula penisku yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut. Nana merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yang masih terbungkus celana tebal. Nana kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis terkenal. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Nana. Namun ketika kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini.
“Kamu amat bergairah, Nana..” bisikku lirih di telinganya.
“Hmm.. iya.. Sayang..” balasnya lirih sembari mendesah.
“Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama.. ukh..” serunya sembari menelan ludahnya.
“Ayo, Mas.. teruskan..”
“Ya Sayang. Apa yang kamu inginkan dari Mas?”
“Semuanya,” kata Nana sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku. Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yang dikenakannya. Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Nana telah diangkat tanda meminta T-Shirt langsung dibuka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya kuat-kuat hingga badan Nana lekat ke dadaku. Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut. Jemariku mencari kancing BH yang terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku. Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Nana, namun menambah nikmat aroma gadis muda.
Tangan Nana mengusap-usap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya. “Sedot kuat-kuat Mas, sedoott..” bisiknya. Aku memenuhi permintaannya dan Nana tak kuasa menahan kedua kakinya. Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai berkarpet tebal. Ruang ber-AC itu terasa makin hangat. “Mas lepas..” katanya sambil telentang di lantai. Nana meminta aku melepas pakaian. Nana sendiri pun melepas rok dan celana dalamnya. Aku pun berbuat demikian namun masih kusisakan celana dalam. Nana melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu. Segera aku menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Nana melenguh sedikit kemudian sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja ia segera mengarahkan putingnya ke mulutku.
“Mas sedot Mas.. teruskan, enak sekali Mas.. enak..” Kupenuhi permintaannya sembari kupijat-pijat pantatnya. Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Nana. Rambutnya tidak terlalu tebal namun datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat “cocorde” milikku. Kumainkan jemariku di sana dan Nana tampak sedikit tersentak. “Ukh.. khmem.. hss.. terus.. terus,” lenguhnya tak jelas. Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya. Terasa jemari kanan tengahku telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kuraba-raba lembut berirama. Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot dan menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Nana dengan teknik petik melodi.
Nana menggelinjang-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat. “Mas.. Mas.. ampun.. terus, ampun.. terus ukhh..” Sebentar kemudian Nana lemas. Namun itu tidak berlangsung lama karena Nana kembali bernafsu dan berbalik mengambil inisitif. Tangannya mencari-cari arah kejantananku. Kudekatkan agar gampang dijangkau, dengan serta merta Nana menarik celana dalamku. Bersamaan dengan itu melesat keluar pusaka kesayangan Tari. Akibatnya, memukul ke arah wajah Nana. “Uh.. Mas.. apaan ini,” kata Nana kaget. Tanpa menunggu jawabanku, tangan Nana langsung meraihnya. Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus penisku.
“Mas.. ini asli?”
“Asli, 100 persen,” jawabku.
Nana geleng-geleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penisku yang berdiameter 6 cm dan panjang 19 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Di bagian samping kanan terlihat menonjol aliran otot keras. Bagian bawah kepalanya, masih tersisa sedikit kulit yang menggelambir. Otot dan gelambiran kulit itulah yang membuat perempuan bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku.
“Mas, belum pernah aku melihat penis sebesar dan sepanjang ini.”
“Sekarang kamu melihatnya, memegangnya dan menikmatinya.”
“Alangkah bahagianya MBak Tari.”
“Makanya kamu pengin seperti dia, kan?”
Nana langsung menarik penisku. “Mas, aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan, cepat masukkan.”
Nana menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Terlihat betapa mulus putih dan bersih. Diantara bulu halus di selangkangannya, terlihat lubang vagina yang mungil. Aku telah berada di antara pahanya. Exocet-ku telah siap meluncur. Nana memandangiku penuh harap.
“Cepat Mas, cepat..”
“Sabar Nana. Kamu harus benar-benar terangsang, Sayang..”
Namun tampaknya Nana tak sabar. Belum pernah kulihat perempuan sekasar Nana. Dia tak ingin dicumbui dulu sebelum dirasuki penis pasangannya. “Cepat Mas..” ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan tapi sungguh amat sulit masuk, kuangkat kembali namun Nana justru mendorongkan pantatku dengan kedua belah tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas. Tak terhindarkan, batang penisku bagai membentur dinding tebal. Namun Nana tampaknya ingin main kasar. Aku pun, meski belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat dan sekencangnya. Meski perlahan dapat memasukirongga vaginanya, namun terasa sangat sesak, seret, panas, perih dan sulit. Nana tidak gentar, malah menyongsongnya penuh gairah.
“Jangan paksakan, Sayang..” pintaku.
“Terus. Paksa, siksa aku. Siksa.. tusuk aku. Keras.. keras jangan takut Mas, terus..” Dan aku tak bisa menghindar. Kulesakkan keras hingga separuh penisku telah masuk. Nana menjerit, “Aouwww.. sedikit lagi..” Dan aku menekannya kuat-kuat. Bersamaan dengan itu terasa ada yang mengalir dari dalam vagina Nana, meleleh keluar. Aku melirik, darah.. darah segar. Nana diam. Nafasnya terengah-engah. Matanya memejam. Aku menahan penisku tetap menancap. Tidak turun, tidak juga naik. Untuk mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Nana dengan mulutku. Meski agak membungkuk, aku dapat mencapainya. Nana sedikit berkurang ketegangannya.
Beberapa saat kemudian ia memintaku memulai aktivitas. Kugerakkan penisku yang hanya separuh jalan, turun naik dan Nana mulai tampak menikmatinya. Pergerakan konstan itu kupertahankan cukup lama. Makin lama tusukanku makin dalam. Nana pasrah dan tidak sebuas tadi. Ia menikmati irama keluar masuk di liang kemaluannya yang mulai basah dan mengalirkan cairan pelicin. Nana mulai bangkit gairahnya menggelinjang dan melenguh dan pada akhirnya menjerit lirih, “Uuuhh.. Mas.. uhh.. enaakk.. enaakk.. Terus.. aduh.. ya ampun enaknya..” Nana melemas dan terkulai. Kucabut penisku yang masih keras, kubersihkan dengan bajuku. Aku duduk di samping Nana yang terkulai.
“Nana, kenapa kamu?”
“Lemas, Mas. Kamu amat perkasa.”
“Kamu juga liar.”
Nana memang sering berhubungan dengan laki-laki. Namun belum ada yang berhasil menembus keperawanannya karena selaput daranya amat tebal. Namun perkiraanku, para lelaki akan takluk oleh garangnya Nana mengajak senggama tanpa pemanasan yang cukup. Gila memang anak itu, cepat panas.
Sejak kejadian itu, Nana selalu ingin mengulanginya. Namun aku selalu menghindar. Hanya sekali peristiwa itu kami ulangi di sebuah hotel sepanjang hari. Nana waktu itu kesetanan dan kuladeni kemauannya dengan segala gaya. Nana mengaku puas.
Setelah lulus, Nana menikah dan tinggal di Palembang. Sejak itu tidak ada kabarnya. Dan, ketika pulang ke Yogya bersama anaknya, aku berjumpa di rumah bude.
“Mas Danu, mau nyoba lagi?” bisiknya lirih.
Aku hanya mengangguk.
“Masih gede juga?” tanyanya menggoda.
“Ya, tambah gede dong.”
Dan malamnya, aku menyambangi di hotel tempatnya menginap. Pertarungan pun kembali terjadi dalam posisi sama-sama telah matang.
“Mas Danu, Mbak Tari sudah bisa dipakai belum?” tanyanya.
“Belum, dokter melarangnya,” kataku berbohong.
Dan, Nana pun malam itu mencoba melayaniku hingga kami sama-sama terpuaskan.

tantte anna


Diawali dengan masuknya aku ke salah satu kampus yang kebetulan memang tempat cita-citaku sebagai ahli komputer. Pada tahun 1994, kepindahanku dari Jakarta Barat ke Bandung, tepatnya aku tinggal di daerah perumahan yang dulu pernah ditinggali kedua orang tuaku, dan sekarang aku tinggal bersama pembantu dan seorang anak kecil.
Beranjak dari kehidupanku yang jauh dari kedua orang tua dan aku baru saja memiliki motor untuk mendukungku berangkat ke kampus. Aku mulai terbiasa dengan kehidupan bertetangga dan aku sering dipanggil untuk membantu tetangga dekat yang kadang kuperhatikan sepertinya adalah seorang wanita beranak satu dan suaminya jarang di rumah. Usianya kira-kira 32 tahun, di sini namanya aku samarkan saja yaitu Anna. Aku memanggilnya Tante Anna.
Satu tahun sudah aku tinggal, di akhir tahun 1995 aku mulai merasakan gejolak nafsu yang amat sangat terhadap wanita. Pada suatu malam aku mulai merasa ingin sekali bermain/bertamu ke rumah tante Anna namun aku selalu tidak berani dan merasa takut kalau nanti suaminya akan datang dan aku akan dikomentari tidak baik.
Bulan itu adalah bulan Januari 1996, usiaku pada saat itu baru 19 tahun dan tepat pada bulan Januari tanggal 20 aku genap 20 tahun. Di sini aku mengkisahkan hal sangat nyata yang terjadi dalam diriku. Malam itu malam Jum’at, cuaca sangat tidak mendukung dan tiba-tiba hujan sangat deras dengan diikuti angin kencang.
Aku sangat sedih dengan kesendirianku, karena malam ini adalah malam kelahiranku. Aku duduk-duduk seorang diri sambil menghisap rokok kesukaanku, namun malam semakin tidak mendukung karena cuacanya. Aku berusaha mencari kesibukan dengan membaca-baca buku pelajaran, tiba-tiba aku dikejutkan dengan bunyi pagar samping yang khas, seorang wanita menghampiriku yang ternyata adalah tetangga sebelahku (Tante Anna).
“Ada apa tante?” aku mulai bertanya.
“Bob, (namaku) tolong dong pasangin lampu kamar saya di rumah,”
Ternyata lampu kamar tante Anna putus dan aku disuruh memasangkannya. Lalu aku mengikutinya dari belakang menuju rumahnya melalui pintu belakang. Di saat aku mengikutinya aku sempat terangsang dengan sentuhannya pada saat memasuki pintu belakang, karena ternyata dia tidak menggunakan bra dan aku sempat gemetar.
Sementara ini aku berkonsentrasi dengan permintaanya agar aku memasangkan lampu di dalam kamarnya. Setelah selesai kukerjakan, cepat-cepat aku keluar kamarnya dan berusaha tenang, kemudian aku diminta untuk duduk dulu minum kopi karena kopinya sudah disuguhkan. Aku duduk sambil melihat tayangan TV dan aku lihat anaknya yang baru satu sedang tidur pulas di depan TV. Kemudian tidak berapa lama baru anaknya dipindahkan ke kamar. Sekarang tinggal aku dan tante Anna berdua di ruangan tengah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 dan aku minta izin untuk pulang namun aku dicegah, ia memintaku menemaninya ngobrol. Lama kelamaan aku mulai mengantuk dan dimintanya aku untuk rebahan dan diambilkannya bantal dan aku menurut saja. Ia bercerita bahwa tadi ada telepon dari temannya, katanya ia ditakut-takuti karena sekarang malam Jum’at ada hantu kalau sendirian di rumah.
Asyik juga lama-lama acara mengobrolnya hingga tanpa kusadari tante Anna mulai mendekatiku dan meletakkan kepalanya di paha sebelah kiriku, karena aku rebahan agak di belakang dari tante Anna. Perasaanku mulai tak karuan, jantungku berdebar sangat keras serta sekujur tubuhku dingin. Karena baru pertama kali ini aku diperlakukan seperti itu (aku masih perjaka). Tiba-tiba tangan tante Anna mulai bergerak menuju selangkanganku, dan meremasnya kemudian mengusapnya. Saat itu aku memakai celana pendek berbahan lemas.
“Hei, Bob!, ini kamu kok bangun?” tanya tante Anna.
Saat itu aku sangat malu dan tidak bisa berkata-kata lagi. Kemudian Tante mematikan lampu dan memintaku pindah ke kamarnya dengan menarikku ke atas tempat tidur. Pikiranku sangat kacau dan sangat gugup saat tiba-tiba aku dipeluk dan ditindih kemudian diciumi. Hingga pada saat bibirku dikulumnya aku mulai panas dan terangsang amat sangat.
Lama aku dibuatnya terlena dalam kemelut yang dibuatnya. Hingga tante itu mulai menuruni lekuk tubuhku sampai pada selangkanganku dan membuka celanaku. Sesaat kemudian seluruh pakaianku sudah terlepas dan apa yang terjadi ternyata penisku dimasukkan ke mulutnya. Aku merasa sangat tegang dan memang baru pertama kali aku mengalami hal seperti ini. Dengan lembut dan penuh penghayatan, penisku dipegangnya, kadang dijilatnya kadang dihisapnya namun juga kadang digigitnya hingga sampai pada buah zakarku juga di kulumnya.
“Bob, jangan keluar dulu ya?” ujarnya dengan mulutnya yang tertutup oleh penisku.
“Akh.. Mmnyamm”
Aku sudah dapat membaca bahwa tante sangat haus akan sex. Seperti orang yang lama tidak bersetubuh hingga dengan ganasnya aku mulai ditindihnya dan aku mulai merespons. Dengan naluri rangsangan, aku dorong Tante Anna kemudian aku buka pakaiannya secara perlahan sambil menciuminya, kemudian kulumat teteknya yang tidak begitu besar namun masih kencang. Aku hisap dan kumain-mainkan lidahku di sekitar puting susunya, Tante Anna mulai terangsang sambil menggeliat-geliat dan menekan kepalaku agar aku lebih keras lagi menghisapnya.
Lama aku bermain di sekitar payudaranya sampai akhirnya aku disuruh menjilat bagian yang sensitif di antara selangkangannya. Aku mulai sedikit mengerti. Dengan dibantu tangannya, aku mengerti yang mana yang harus aku jilat dan kulumat. Hingga pada akhirnya aku ditariknya kembali ke atas sampai aku menindihnya dan dadaku menekan toketnya yang semakin agak keras. Lalu aku didorong ke sampingnya dan aku mulai ditindihnya kembali namun sekarang tante Anna memegang penisku yang semakin keras kemudian dengan perlahan tante Anna membimbingnya memasuki liang kenikmatannya.
Posisi tante Anna berada di atas seperti orang naik kuda, menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kadang menaik turunkan bokongnya. Lama sekali dia bertahan pada posisi itu, hingga akhirnya Tante menjerit kecil menahan sesuatu namun sambil mencengkeram bahuku..
“Akhh, Bob, saaya keluar nih, ahh.. Ahh.. Ohh.. Bob kamu belum keluar ya?”
Kemudian aku membalikkan tubuhnya dan sekarang aku ganti berada di atasnya dengan penisku masih menancap di liang kenikmatan itu. Aku mulai menyerang, dan sekarang aku mengeluarmasukkan penisku. Lalu aku mengambil posisi duduk di antara selangkangannya sambil mengocoknya. Suara yang keluar dari mulut Tante Anna membuatku sangat terangsang.
“Bob, yang keras dong, lebih cepat kamu kocoknya,” kata tante sambil memegang kedua tanganku. Aku merasa belum akan sampai, tapi tiba-tiba tante Anna mulai menggeliat-geliat sangat kasar hingga aku dipeluknya.
“Bob, ah.. Saya mau keluar lagii. Bob.. Ahh.. Ohh Bob”
Lalu aku disuruhnya mencabut penisku dan tante Anna keluar menuju kamar mandi. Tidak berapa lama dia kembali dan membawa kain basah lalu mengusapkannya di penisku yang mulai lengket. Kemudian, tante Anna mulai menaiki tubuhku kembali dan memasukkan penisku ke vaginanya yang ternyata sudah kering. Ia memulai dengan gerakan lambat dengan menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan aku kemudian diminta berposisi di atas.
Sekarang aku yang mencoba memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan mulai bereaksi namun sangat seret dan terasa penisku dijepitnya. Aku mencoba memasukkannya lebih dalam dan menekan penisku agar lebih masuk kemudian aku mencoba dengan perlahan kugerakkan maju mundur diiringi goyangan pinggul Tante Anna, sesekali kedua pahanya mengapit rapat. Lama aku mulai merasakan terangsang. Dengan mengulum toketnya aku mulai bereaksi dan aku mulai merasa ingin keluar. Akhirnya aku keluar dengan diiringi jeritan kecil tante Anna yang ternyata juga keluar bersamaan sampai aku tak bisa menahan diri. Kemudian aku langsung dipeluknya erat-erat dan tidak boleh mencabut penisku sampai aku tertidur.
Terdengar suara samar-samar dari kejauhan, orang sudah ramai di luar seperti tukang roti dan lainnya. Aku terbangun dan kulihat tak ada seorangpun di sampingku dengan pintu kamar masih tertutup rapat dan hordeng jendela masih tertutup. Aku sempat kaget dan kulihat diriku dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang menempel di kulitku. Aku berusaha mencari pakaianku yang tadi malam dilempar ke sisi spring bed Tante Anna. Tak berapa lama kemudian Tante Anna membuka pintu dan masuk kembali ke kamar.
“Bobby! Kamu sudah bangun?”
“Ya..” jawabku sambil melihat seluruh tubuh Tante Anna yang ternyata baru selesai mandi dengan hanya menggunakan handuk.
Handuk itu hanya menutupi sebatas toketnya dan pangkal pahanya yang putih merangsang. Lalu aku duduk di pinggir tempat tidur sambil memandangi pemandangan yang indah itu. Tiba-tiba saja penisku yang sudah loyo bangun kembali, namun kuurungkan niatku untuk bermain di pagi hari. Dengan cepat aku keluar dari kamar menuju kamar mandi.
Selesai dari kamar mandi aku masuk kembali ke kamar tidur untuk minta handuk, tapi ternyata yang kulihat di dalam kamar, Tante Anna belum juga berpakaian sementara handuk yang melekat di tubuhnya sudah tidak ada. Aku pandangi terus tubuh tanpa busana itu, lalu aku mendekatinya dan sempat kucium bahunya, namun dengan gerakan yang cepat sekali aku didorongnya ke atas tempat tidur oleh tante Anna dan tanpa basa basi lagi dikulumnya lagi penisku hingga basah oleh liurnya.
Pagi ini ternyata aku sudah mulai on kembali oleh kuluman, hisapan, dan belaian tante Anna pada penisku. Lalu aku dimintanya berdiri dan melumat toketnya yang sudah agak mengeras pada putingnya yang berwarna agak kemerahan. Kujilat, kuhisap kadang kuremas pada toket yang satunya. Kembali aku didorong dan ditindihnya lalu.. Bless.. Slepp.. Ternyata penisku sudah digiringnya masuk kembali ke liang kenikmatannya. Dengan agresif dan penuh nafsu, digoyangkannya maju mundur pantat Tante Anna hingga aku pun mengiringinya dari bawah, sambil kuremas-remas kedua toketnya dengan kedua tanganku.
“Ah.. Aah.. Ahh.. Ohh, Booby saya puaas ssekalii. Bob, saya mau.. Keeluaar.. Ahhohh..”
Lalu Tante Anna mencabut penisku dari memeknya dan membersihkannya dengan kain di sekitar, kemudian aku dengan ganasnya memasukkan kembali senjataku lalu kugoyang-goyangkan lalu kutekan kembali hingga Tante Anna menjerit kecil..
“Aahh.. Oohh, Bobb.. Mentok nih? Terus bob tekan punya kamu, oh Bob!”
Lama sekali aku memainkan Tante Anna, kemudian aku mencoba kembali dengan posisi Doggy Style. Tante Anna sambil membungkukkan badannya di atas kasur kucoba untuk memasukkan penisku dan Blees.. Slepp..
“Ahh, Bobb.. Terus Bob, Masukin sampai dalam, oh Bobb.. Yang kasar Bob”
Lalu dengan cepat aku memaju mundurkan pantatku hingga aku sudah tidak tahan lagi. Dan kemudian aku sudah sampai pada dimana kenikmatan itu terasa sampai ujung rambut. Dan cairan yang kukeluarkan tidak kubuang keluar.
Setelah selesai, aku mulai merasa letih dan sangat lapar. Aku mencoba beristirahat sebentar, kutatap langit-langit yang ada di kamar itu. Kuatur nafasku perlahan dan kupeluk kembali Tante Anna, kuusap-usap toketnya lalu aku mencoba menghisap-hisap pelan hingga sampai kumain-mainkan dengan tanganku.
“Bob, udah ah, nanti lagi”.
Lalu aku lepaskan tanganku dan aku langsung bangun menuju kamar mandi. Pukul 07.15 aku sudah rapi, lalu aku minta izin untuk pulang. Setelah itu aku mulai dengan pekerjaanku di rumah. Di dalam rumah aku sempat berfikir tentang apa yang telah terjadi semalam dengan Tante Anna.
Malam pun tiba, aku seperti biasa ada di rumah sambil menyaksikan tontonan TV. Tiba-tiba pintu samping ada yang mengetuk dan kubuka, ternyata Tante Anna membawa makanan buatku. Dengan senyumnya aku ditawari makan lalu aku diciumnya, namun tangan tante Anna kembali menggerayangi penisku. Aku terangsang tapi niatku untuk bersetubuh lagi dengannya tertunda karena aku ada janji dengan teman.
*****
Cerita ini aku sudahi dulu, namun so pasti, kejadian yang kualami ini selalu terulang setiap malam bahkan kadang di siang hari pada saat anaknya sudah berangkat sekolah. Terkadang di siang hari sambil memutar film BF kami bermain dengan mengikuti apa yang ada di adegan film tersebut. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan banyak yang aku pelajari dari permainan sexku dengan Tante Anna.

manttan guru'ku

Bu Juliana memang guru kesayangan ku. Sewaktu aku SMA (kira-kira 8 th yang lalu), beliau mengajar fisika kelas 3. Memang waktu itu aku terkenal deket dengan bu Juliana, karena rumahnya sejalan dengan rumah ku sehingga kadang kalau pergi atau pulang sekolah aku selalu memberikan tumpangan kepadanya, sampai-sampai teman-teman menjulukiku "tukang ojek pribadinya bu Juliana".

Waktu itu bu Juliana masih pengantin baru, umurnya kira-kira 26an lah...baru lulus IKIP, yang ku tau suaminya waktu itu juga mengajar di sebuah Bimbel terkenal di kotaku. Hubunganku dengan bu Juliana yaa...biasa aja...seperti guru dan murid. Kalau aku boleh jujur, bu juliana itu memang tipeku, kulitnya putih mulus, rambut ikal, badan semok (montok...padat...berisi), tidak terlalu tinggi, dan mukanya mirip-mirip Rizky pritasari lah (tau dong..casting sabun mandi itu...). Memang sih bu Juliana sering memberiku nilai tambahan waktu ulangan ataupun waktu mengisi LKS, aku juga gak tau kenapa bu juliana selalu memberi nilai tambahan, sehingga nilai fisikaku 9 di rapor. "ahh..mungkin karena tiap hari selalu di boncengin kali...jadi ongkosnya diganti nilai", begitu pikirku setiap mendapat nilai dari bu Juliana.

Selepas bangku SMA, aku melanjutkan sekolahku di sebuah perguruan tinggi negeri. Selama hampir 5 th aku tidak mendapat kabar dari bu Juliana. Hingga 2 tahun kemudian aku bekerja di luar kota tetap saja aku belum pernah berjumpa sekalipun dengannya. Sampai suatu hari teman SMAku mengabari bahwa lusa akan ada reuni di aula sekolah. Mendengar kabar itu langsung aku memesan tiket pesawat untuk kembali ke kota asalku. Kangen banget memang...apalagi semenjak keluargaku pindah ke luar kota ketika aku kuliah, nyaris selama itu aku belum pernah mengunjungi kota kelahiranku ini. Sesampainya dibandara, aku langsung menuju hotel yang terdekat dengan sekolahku (biar nanti bisa jalan kaki kalo ke sekolah).

Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Seneng banget memang bisa ketemu dengan teman-teman lama (walaupun baru pisah 7 tahunan). Ketika sedang asyik ngobrol tiba-tiba ada yang menepuk punggungku.
"hayoo...lupa yaa sama ibu..?!??", tegurnya
wah aku sempat tertegun sesaat, karena bu Juliana hampir tidak berubah (kecuali toketnya yang makin gede dan perut yang sedikit berlemak).
"eehh..ibu..gak dong..saya masih inget kok sama ibu Juliana, ibu apa kabar??", jawabku dengan basa-basi
Akhirnya kami pun ngobrol panjang lebar di sudut aula sekolah, pkoknya gak peduli temen-temen memanggilku...aku cuek aja. Kami pun berbicara mulai dari masa lau, berbagi pengalaman, sampai ke masalah pribadi. Dari situ aku tahu ternyata ibu Juliana sudah lama bercerai karena selama perkimpoian mereka tak kunjung dikaruniai anak. Setelah ku korek lebih jauh ternyata ibu Juliana di vonis mandul oleh dokter, sehingga suaminya berpaling ke wanita yang lain.

Cukup lama juga mendengarkan curhatan ibu Juliana, hingga tak terasa sore sudah menjelang.
"Wah bu, sudah sore nih, orang-orang juga udah pada bubar...ibu gak pulang??", tanya ku
"iya ben, oiya..kamu masih tinggal di komplek XXXX ya..?" tanyanya
"nggak bu, kan udah pindah waktu saya lulus SMA ke jakarta, sekarang saya nginep di hotel XXXXXX", jawabku
"wah deket dong, kalo gitu kita pulangnya jalan aja bareng, ibu ngontrak gak jauh dari situ kok", ajak bu Juliana. Mendengar itu aku sih ok aja, kayanya bu Juliana masih gak puas curhat jadi kami sambil jalan pulang sambil curhat.
sesampainya di depan hotel kami pun berpisah, namun sebelum berpisah bu Juliana menanyakan no kamarku..alasanny sih mau dibawain makan malam..dia habis masak banyak katanya. Aku sih ok-ok aja.

Ketika aku mandi (kira-kira jam 8 malem) terdengar suara ketukan pintu. " ah..pasti bu Juliana nih", pikirku. Benar saja, ketika ku buka pintu kulihat bu Juliana didepan pintu kamar sambil membawa rantang. Cantik sekali ibu Juliana pada malam itu. Dengan menggunakan celana jeans LEA dan kaos ketat hitam, membuatnya terlihat seperti anak muda.
"oh..masuk bu...maaf baru abis mandi nih..belum sisiran"
"ah gak apa2...ibu siapin makan malamnya yaa...ibu bikin ayam kremes..",katanya
"wah ngerepotin bu,...taruh di atas meja makan aja bu" (kebetulan aku di kamar suite, jadi ada meja makannya)
sambil menikmati makan malam, kami pun ngobrol macem-macem..sampai yang nyerempet-nyerempet masalah selangkangan. huehehehehe.
Sehabis makan aku pun bergegas ke kamar mandi untuk sikat gigi. Tanpa sepengetahuanku, ternyata bu Juliana melihat-lihat isi tas laptopku.
"ben....ini apaan??" teriaknya
ketika ku lihat...waduh..ternyata koleksi DVD bokepku, "aa..anu..itu punya temen saya bu....", jawabku dengan muka merah padam.
"kita nonton yan ini yuk..", sambil memilih salah satu DVD koleksiku.
"hah??!?!...ibu mau nonton...setel aja dilaptop saya bu..", jawabku dengan polos, padahal deg-degan. Lalu ku setel DVD tersebut (hardcore lagi...) dan kami pun nonton baren di meja makan. Melihat adegan-adegan cadas tersebut kayanya bu Juliana mulai terangsang, sebentar-sebentar dia memegang toketnya..sampai tiba-tiba dia memegang paha ku.
"eehh..bu..kaget saya..", kata ku sambil cengengesan bercampur perasaan horny. Semakin lama bu Juliana duduk semakin mendekat, dan tidak disangka-sangka pipiku dicium dan anuku di remes. Melihat keadaan sudah seperti ini, langsung saja aku sambut cumbuannya dengan bibirku lalu tangan kanaku meremas toketnya yang gede dan mulai memadat. Hampir 5 menit kita saling bercumbu di meja makan, lalu bu Juliana perlahan membuka resleting celanaku sambil meraih anuku yang sudah mulai mengeras.
"ouuww...udah mulai basah ni ben, mau dikeluarin di sini (sambil menunjuk mulut) atau di sini (sambil menunjuk M*m*knya)" rayunya dengan penuh nafsu.
"kalo bisa di tempat yang semestinya dong bu..", jawabku sambil meraba m*m*knya dari luar celana.
"he..eh.....yuk..", ajaknya sambil menarikku ke atas tempat tidur.
Helai demi helai pakaian bu Julaian mulai dilepasnya, sambil bergoyangt erotis diiringi lagu "i'm slave for you"-Britney spears yang kuputar di laptopku.
Dengan penuh nafsu liar bu Juliana pun terus bergoyang, tubuhnyapun berliuk-liuk walaupun perutnya agak berlemak sedikit. Ia pun naik diatas pangkuanku sambil menyodorkan toketnya yang seperti kates (gede ngegantung..pentilnya mungil). Langsung ku jilati toketnya dan kuhisap pentilnya yang agak menghitam itu. Bu Juliana pun menggelinjang keenakan dan mendorong kepalaku ke dadanya (sampe gelegepan gak bisa nafas). Lalu dengan liarnya ia menarik celana ku dan melahap anuku. Mulai dari kepala anuku sampai kedua bijiku disapunya dengan penuh nafsu. Ketika anuku mulai dihisap perlahan terasa senut senut enak.
"bu gantian bu..", pintaku sambil merubah posisi, kali ini bu Juliana merubah posisi menjadi 69. Sambil terus melahap anuku, aku juga menjilati m*m*knya. wow lebat banget...sudah mulai basah..dan bibir vaginanya juga bergelambir. Ku hisap bibir vaginanya lalu terus ku jilati klitorisnya.
"agh..sstt..aw...enak..ben..terus...yang dalem...ahhgh..", desahnya
dengan menggunakan kedua jariku langsung aja ku kobel lubangnya yang sudah basah dan mulai menganga. Semakin ku kobok...semakin lama semakin becek, cairan putih dari lubangnya mulai menetes membasahi dadaku .
"oh...ben...masikin..cepet....." desahnya sambil mengganti posisi WOT, lalu ku pandu si "jagur" memasuki lubang bu Juliana yang sudah basah banget. Untung punyaku lumayan gede jadi walau becek tapi gesekan masih terasa. Bu Juliana mulai bergoyang naik turun sambil memegang pangkal batanganku. Semakin lama goyanganya semakin cepat.
"bu..nungging bu..." pinta ku sambil menyuruhnya untuk doggy style.
Akhirnya kami pun berposisi doggy sambil ku goyang dari belakang.
"aahh...terus...terus...agh..ennaakk...". teriaknya, wah gawat nih ribut juga bu Juliana kalo lagi beginian. Karena sudah terasa ada yang mau keluar akhirnya aku rubah posisi menjagi MOT. Bu Juliana mengenkang sambil merem melek semetara aku terus konsentrasi menghadapi lubangnya yang becek.
Tak berapa lama aku merasa ingin keluar, alu ku bisikan ke telinga bu Juliana "ah...bu..pengen keluar...." bisik ku, "udah keluarin di dalem aja....gak bakal hamil kok", jawabnya. Oiya kan ibu juliana mandul. Dengan segala usaha akhirnya "CROOT...CROOTT..CROT..CROT" keluar juga deh tai macannya didalam lubang vaginanya, namun bu Juliana masih belum dapet, walau udah lemes masih ku goyang terus sambil ku bantu pakai tangan di sekitar klitorisnya. Tak lama kemudian ku rasakan cairan hangat menyemprot si Jagur sambil kulihat muka bu Juliana yang mulai tenang keenakan. lalu ku cabut si jagur yang mulai loyo. Sambil senyum bu Juliana mencumbu bibirku. dan kita pun tertidur bersama sambil berpelukan mesra.

Ruapanya pertempuran belum selesai, ketika pagi harinya aku bangun terkejut, kok ada yang anget anget nih di anuku, setelah ku buka mata ternyata bu Juliana sedang asik menjilati anuku. Spontan saja si Jagur bangun dan mengeras, semakin semangatlah bu Juliana melahap anuku. Dengan gerakan kepala naik turun, Blow jobnya nyaris gak kena gigi. enak banget..sampai akhirnya aku tembakan lagi tai macan untuk kedua kalinya. Dengan sigap, bu Juliana langsung menelan tai macan yang ku keluarkan bahakan sisa-sisa yang menetes dijilatinya. Wow sensasinya..enak banget.

Siang hari, akhirnya kami harus berpisah karena aku harus segera kembali ke jakarta. Namun sebelum berpisah bu Juliana sempat memberikan no HPnya. Sesampainya di JKT, aku coba hubungi HPnya ternyata salah nomer, mungkin karena aku cepet2 nulisnya jadi ada yang keselip nomernya. yaa sudah...kayanya lain waktu aku harus datang lagi ke sana dan kususl ke sekolahan ku lagi.